PRAKTIKUM VII
A. Judul Praktikum
Genetika Mendel
B.Tujuan
Praktikum
1. Mengidentifikasi istilah gen, lokus,
fenotif, genotif, dominan dan resesif.
2. Menyusun persilangan dengan satu
sifat beda (Monohibrid).
C. Dasar Teori
Ilmu yang mempelajari tentang
mekanisme pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya disebut ilmu genetika
(berasal dari bahasa Latin, yaitu Genos = asal usul). Pengetahuan tentang
adanya sifat menurun pada makhluk hidup sebenarnya sudah lama berkembang hanya
belum dipelajari secara sistematis, penelitian mengenai pola-pola penurunan
sifat baru diketahui pada abad ke-19 oleh Mendel.(Team Teaching.2014. "
Penuntun Praktikum Biologi. UNG).
Orang yang pertama-tama yang
mengadakan percobaan perkawinan silang ialah Gregor Mendel, seorang rahib
Australia yang hidup pada tahun 1822-1884, dan dia dikenal sebagai pencipta
atau Bapak Genetika. (Suryo, 2008). Beliau melakukan serangkaian percobaan
persilangan pada kacang ercis ( Pisum sativum). Dari percobaan yang dilakukannya
selam bertahun-tahun tersebut, Mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip
pewarisan sifat yang kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika
sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan.Mendel telah memilih tanaman ercis untuk
percobaannya karena tanaman ini hidupnya tidak lama (merupakan tanaman
setahun), mudah tumbuh dan mudah disilangkan. Tanaman ercis memiliki bunga
sempurna, yang berarti pada bunga ini terdapat benang sari (alat kelamin
jantan) dan putik (alat kelamin betina), sehingga biasanya terjadi penyerbukan
sendiri. Perkawinan silang dapat berlangsung beberapa generasi terus-menerus
akan menghasilkan galur murni, yaitu keturunan yang selalu memiliki sifat
keturunan yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman ini memiliki tujuh
sifat dengan perbedaan yang mencolok, yaitu batang tinggi lawan kerdil, buah
polongan berwarna hijau lawan kuning, bunga berwarna ungu lawan putih, bunganya
terletak aksial (sepanjang batang) lawannya terminal (pada ujung batang), biji
yang masak berwarna hijau lawan kuning, permukaan biji licin lawan berkerut,
warna kulit biji abu-abu lawan putih. (Suryo, 2008)
Pada waktu Mendel hidup belum
diketahui tentang bentuk dan susunan sifat keturunan. Mendel menyebut bahan
keturunan itu faktor penentu. Tetapi kini faktor penentu itu lebih dikenal
dengan istilah gen (Inggris: gene; Jerman: Gen; Belanda: geen; Perancis:gene).
Dengan ditemukannya kromosom, (yaitu benda-benda halus berbentuk batang lurus
atau bengkok di dalam sel), maka Wilhelm Roux (1883) berpendapat bahwa kromosom
adalah pembawa faktor keturunan. Kemudian diketahui bahwa gen diwariskan dari
orang tua kepada keturunannya lewat gamet. (Suryo, 2008).Diwaktu Mendel
mengawinkan tanaman ercis berbatang tinggi dengan yang berbatang kerdil, maka
semua tanaman keturunan pertama seragam berbatang tinggi. Suatu tanda bahwa
sifat tinggi mengalahkan sifat kerdil. Sifat demikian disebut sifat dominan,
dan sifat yang dikalahkan disebut sifat resesif.
Menurut Crowder (1993), dominan
adalah hasil gen fungsional, menutup penampilan dari alel mutan, dan resesif
adalah alel dari gen yang tidak menghasilkan hasil yang berfungsi, hasil yang
defisien atau hasil yang jumlahnya sedikit. Sedangkan sifat keturunan yang
dapat diamati/ lihat (warna, bentuk, ukuran) dinamakan fenotip, dan sifat dasar
yang tidak nampak dan tetap (tidak berubah-ubah karena lingkungan) pada suatu
individu dinamakan genotip (Suryo, 2008). Menurut Crowder (1993) genotip adalah
susunan genetik, atau jumlah total, atau semua gen dalam suatu individu,
sedangkan fenotip merupakan kenampakan luar dari suatu individu, merupakan
kombinasi antara genotip dan keadaan lingkungan.Anggota dari sepasang gen yang
memiliki pengaruh berlawanan disebut alel. Menurut Crowder (1993) alel adalah
salah satu bentuk mutasi yang mungkin terjadi dari suatu gen tertentu. Mislanya
T menentukan sifat tinggi pada batang, sedangkan t menentukan batang kerdil.
Maka T dan t merupakan alel, tapi andaikan R adalah gen yang menentukan warna
merah pada bunga, maka T dan R bukan alel. ( Suryo, 2008)Homozigot ialah
individu yang genotipnya terdiri dari alel yang sama (misalnya TT , tt),
sedangkan heterozigot adalah individu yang genotipnya teridiri dari pasangan
alel yang tidak sama (misalnya Tt). Homozigot dapat dibedakan atas homozigot
dominan (TT) dan resesif (tt). (Suryo, 2008)Hasil perkawinan antara dua
individu yang mempunyai sifat beda dinamakan hibrid. Berdasarkan banyaknya
sifat beda yang terdapat pada suatu individu, dapat dibedakan bahwa monohibrid
merupakan suatu hibrid dengan satu sifat beda (Aa), dihibrid ialah suatu hibrid
dengan dua sifat beda (AaBb), sedangkan trihibrid ialah suatu hibrid dengan
tiga sifat beda (AaBbCc). (Suryo, 2008)
Menurut Crowder (1\993), yang
dimaksud dengan homosigot adalah keadaan dimana ada dua alel berbeda pada gen
yang sama, individunya disebut heterosigot, sedangkan heterosigot adalah
keadaan dimana ada dua alel berbeda pada gen yang sama, individunya disebut
heterosigot.Dalam percobaan Mendel, dikenal beberapa macam perkawinan yaitu
perkawinan respirok, back cross, dan tets cross. Perkawinan respirok
(perkawinan kebalikan) ialah perkawinan yang merupakan kebalikan dari
perkawinan yang semula dilakukan. Perkawinan backcross atau perkawinan balik
merupakan perkawinan antara individu F1 dengan induknya betina atau jantan.
Sedangkan perkawinan testcross atau uji silang merupakan perkawinan antara
individu H1 (dihibrid) dengan individu yang dobel resesif. (Suryo, 2008)1.
Hukum MendelPewarisan sifat pada persilangan dua individu dapat diterangkan
dengan hukum Mendel I dan II.a) Hukum Mendel I ( Hukum Segregasi )Hukum mendel
I menjelaskan tentang persilangan monohibrid. Persilangan monohibrid adalah
persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau sifat beda.Hukum
mendel I disebut dengan hukum segregasi. Selama proses meiosis berlangsung,
pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi.
Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan
gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari
persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004).
Alel memisah (segregasi) satu dari
yang lain selama pembentukan gamet dan diwariskan secara rambang ke dalam
gamet-gamet yang sama jumlahnya. Sebagian dasar segregasi satu pasang alel
terletak pada lokus yang sama dari kromosom homolog. Kromosom homolog ini
memisah secara bebas pada anafase I dari meiosis dan tersebar ke dalam
gamet-gamet yang berbeda. (Crowder, 1993)Hukum Mendel I berlaku pada gametosis
F1. F1 memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari,
terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1)
terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996)
Sifat yang muncul pada F1 disebut
sebagai sifat dominan (menang), sedangkan sifat yang tidak muncul di sebut
sifat resesif (kalah). Oleh Mendel, huruf yang dominan homozigot diberi simbol
dengan huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang
ditulis dua kali. Sedangkan sifat resesif di beri simbol dengan huruf kecil
dari sifat dominan tadi. Simbol ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom
selalu berpasangan. Setiap gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada
kromosom homolognya. (Istamar Syamsuri, 2004)
Percobaan mendel pada persilangan
monohibrid :P tt x TTkerdil tinggiG1 t x TF1 TttinggiF1 x F1 Tt x Tttinggi
tinggiF2T tT TTTinggi TttinggiT TtTinggi TtkerdilG2 = 1 : 2 : 1F2 = tinggi :
kerdilb) Hukum Mendel II ( Hukum Pemilihan Bebas )Dalam praktek dua individu
dapat mempunyai sifat beda lebih dari satu, misalnya beda warna dan beda bentuk
sehingga hasil persilangannya (F1) dinamakan dihibrid. Contohnya dapat diikuti
pada hasil percobaan Mendel dengan tanaman ercis. Pada bijinya terdapat dua
sifat beda yaitu bentuk biji dan warna biji.. kedua sifat ini ditentukan oleh
gen-gen yang berbeda yaitu :B = gen untuk biji bulatb = gen untuk biji keriputK
= gen untuk biji kuningk = gen untuk biji hijauP BBKK x bbkkBulat-kuning
keriput-hijau
F1 BbKkBulat-kuningG2 = bulat kuning
: bulat hijau : kuning keriput : hijau keriputF2 = 9 : 3 : 3 :1BK Bk bK bkBK
BBKKbulat kuning1 BBKkbulat kuning2 BbKKBulat kuning3 BbKkbulat kuning4Bk
BBKkbulat kuning5 BBkkbulathijau6 BbKkbulat kuning7 Bbkkbulathijau8bK BbKkbulat
kuning9 BBKkbulat kuning10 bbKKbulat kuning11 bbKkkeriput kuning12Bk BbKkBulat
kuning13 Bbkkbulathijau14 bbKkkeriput kuning15 Bbkkkeriput hijau16
Berdasarkan data hasil percobaannya
Mendel menyusun hukumnya ke II. Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi.
Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua
sifat beda yaitu bentuk dan warna biji. Persilangan dihibrid yaitu persilangan
dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi
“independent assortment of genes” atau pengelompokkan gen secara bebas. Hukum
ini berlaku untuk pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke
kutub ketika meiosis.2. Penyimpangan Hukum MendelPenyimpangan semu hukum Mendel
adalah perbandingan fenotif dari persilangan monohibrid yang seolah-olah tidak
mengikuti pola 3:1 atau tidak mengikuti pola 9 : 3 : 3 : 1. Pola tersebut dapat
berupa 9 : 3 : (3+1), (9+3) : 3 : 1, atau 9 : (3+3+1). Hal ini disebabkan
interaksi antar gen yang dapat menyebabkan perbandingan fenotip yang menyimpang
dari hukum Mendel. Bentuk interaksi antar gen yang menyebabkan penyimpangan
semu hukum Mendel berupa kriptomeri, gen komplementer, atavisme, epistasis dan
hipostasis, dan polimeri.a) KriptomeriFenomena kriptomeri pertama kali ditemukan
oleh Correns pada saat menyilangkan bunga Linaria maroccana galur murni, warna
merah dengan galur murni berwarna putih. Pada F1 didapatkan bunga berwarna
ungu. Kemudian bunga F1 itu di silangkan sesamanya dan menghasilkan bunga
berwarna ungu, merah, dan putih dengan perbandingan 9 : 3 : 4.b) Gen
KomplementerFenomena ini di sampaikan pertama kali oleh W. Bateson dan R.C
Punnet. Komplementer merupakan interaksi gen yang saling melengkapi jika salah
satu gen tidak ada maka sifat yang muncul tidak sempurna. Hasil yang di
dapatkan adalah perbandingan fenotif F2 9 : 7.c) AtavismeFenomena ini
disampaikan oleh W. Bateson dan R.C Punnet. Atavisme atau interaksi beberapa
gen terdapat pada bentuk jengger ayam yaitu walnut, rose, pea, dan bilah.d)
Epistasis dan HipostasisAktivitas saling mempengaruhi antar gen dominan
diperhatikan oleh peristiwa epistasis dan hipostasis. Sebuah maupun sepasang
gen yang menutupi (mengalahkan) ekspresi gen yang lain yang bukan alelnya
dinamakan gen yang epistasis, sedangkan gen yang dikalahkan dinamakan
hipostasis.e) PolimeriPolimeri merupakan persitiwa munculnya suatu sifat pada
hasil persilangan heterozigot karena adanya pengaruh gen-gen lain. Hal ini
disebabkan terdapat dua atau lebih gen yang menempati lokus berbeda, tetapi
memiliki sifat yang sama. Perbandingan fenotif F2 pada polimeri adalah 15 : 1.
D. Alat dan Bahan
No
|
Nama
|
Gambar
|
Fungsi
|
1.
|
Kantong
|
|
Digunakan
sebagai tempat atau wadah untuk kancing genetika
|
2.
|
Kancing
genetika
|
|
Digunakan sebagai alat untuk melakukan percobaan
dalam menguji atau mengikuti percobaan hukum mendel
|
E. Cara Kerja
Kancing genetika
|
-
Menyediakan model gen masing-masing 20 buah,
-
menandai wadah yang satu dengan huruf A dan yang lainnya
dengan huruf B.
-
Memasukkan ke dalam wadah A dan B, masing-masing 10 buah
model gen kemudian
-
mengocok-kocok selama beberapa menit agar kedua
model gen tercampur.
-
Mengambil secara acak secara serentak model gen (monohybrid dan dihibrid) dari wadah berulang kali sampai hitungan yang ke 100 kali tanpa melihat.
-
Mengamati model gen yang terambil
-
mencatat kode
susunan gen tersebut kedalam tabel hasil pengamatan.
Mendapatkan perbandingan dari model gen
monohibrid dan dihibrid.
|
F. Hasil Praktikum
Dalam praktikum ini, kami melakukan dua percobaan atau
eksperimen. Yaitu melakukan percobaan dengan mengambil secara acak kancing
genetika dengan satu sifat beda (monohibrid) dan kancing genetika dengan dua
siifat beda (dihibrid).
1. Monohibrid.
Kancing
genetika dengan satu sifat beda
Tiga
peluang model gen yang dapat terambil.
Tabel
pengamatan sebagai berikut.
Gamet
|
Turus
|
Jumlah
|
MM
|
|
30
|
Mm
|
|
45
|
mm
|
|
25
|
Jumlah
|
100
|
100
|
Keterangan
: M = Merah
m
= putih
a.
Rasio
Genotip ( 1,2 : 1,8 : 1 ) = ( 1 : 2 : 1 )
MM= Merah
Mm= Merah Putih
Mm= Putih
MM : Mm : mm
30
: 45 : 25
1 : 2
: 1
b.
Rasio
Fenotip ( 3 : 1 )
Merah : putih
75
: 25
3 : 1
2. Dihibrid.
Kancing genetika dengan dua sifat beda (dihibrid).
Sembilan model gen yang dapat terambil. Salah satunya :
Tabel pengamatan sebagai berikut :
Genotip
|
Turus
|
Jumlah
|
MMBB
|
|
6
|
MMBb
|
|
10
|
MmBB
|
|
14
|
MmBb
|
|
26
|
MMbb
|
|
8
|
Mmbb
|
|
12
|
mmBB
|
|
6
|
mmBb
|
|
11
|
Mmbb
|
|
7
|
Jumlah
|
100
|
100
|
Keterangan : Merah = Warna Merah (M)
Hijau = Warna Hijau (m)
Putih = Biji Bulat (B)
Hitam = Biji Lonjong (b)
a. Rasio Genotip ( 1 : 1.6 : 2.3 : 4.3
: 1.3 : 2 : 1 : 1.8 : 1 )
MMBB = 6 :
6 = 1
MMBb = 10 : 6 = 1.6
MmBB = 14 : 6 = 2.3
MmBb = 26 : 6 = 4.3
MMbb = 8 : 6
= 1.3
Mmbb = 12 : 6 = 2
mmBB = 6 : 6
= 1
mmBb = 11 : 6
= 1.8
mmbb = 7 : 6
= 1.2
G = 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :
1
b. Rasio Fenotip ( 9 : 3 : 3 : 1 )
MB : Mb : mB : mb
:
: :
F= 9 : 3 : 3 : 1
G. Pembahasan
1.
Persilangan monohibrid
Pada persilangan ini berlaku hukum
mendel I yang menyatakan bahwa ketika berlangsung pembentukan gamet pada
individu heterozigot terjadi perpisahan alel secara bebas sehingga setiap gamet
hanya menerima sebuah gen saja. Oleh karena itu, setiap gamet mengandung salah
satu alel yang dikandung sel induknya.Peristiwa ini dikenal dengan Persilangan
Monohibrid yang dikenal pula dengan hukum segregasi. Persilangan ini
menggunakan satu sifat beda.
Dengan menggunakan kancing genetik
warna merah dilambangkan dengan (M) dan warna putih dilambangkan dengan (m), pada
keturunan satu (F1) perkawinan dari keduanya merupakan gabungan dari kedua gen
(Mm) yang dalam fenotifnya bentuk tetap bulat (percampuran kancing merah dan
kancing putih). Sedangkan pada keturunan F2 mulai tampak berlakunya hukum
segregasi yaitu pemisahan secara bebas gen sealel. Pada percobaan ini,
persilangan antara keturunan F1 didapatkan perbandingan genotifnya dari MM : Mm
: mm adalah 25 : 50 : 25 sehingga perbandingan fenotifnya adalah 75 : 25.
Perbandingan ini sesuai dengan hukum
Mendel I atau hukum segregasi dimana pada persilangan antar keturunan F1 tampak
bahwa perbandingan hasil perkawinan antar faktor dominan dan resesif pada
genotifnya adalah 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotifnya adalah 3 : 1.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan
mengenai hukum Mendel I atau persilangan monohibrid yang diambil secara
acak berdasarkan data di atas jelas
sesuai dengan hukum Mendel. Dan jika kita menuliskan persilangannya juga akan
sesuai dengan hukum Mendel tersebut, yaitu:
P: ♀MM >< ♂ mm
(Merah) ↓
(Putih)
F1:
Mm
(Merah)
F1>< F1: ♀ Mm
>< ♂ Mm
(Merah) ↓ (Merah)
G: M ,
m M , m
F2:
Fenotif (genotif)
MERAH (M)
PUTIH (m)
MERAH (M)
MM
Mm
PUTIH (m)
Mm
mm
Jadi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan,
didapatkan hasil persilangan dengan perbandingan yaitu sebagai berikut:
- Rasio Genotifnya = MM : Mm : mm
25 : 50 : 25 → 1 : 2 : 1
- Rasio Fenotifnya = Merah : Putih
75 : 25 → 3 : 1
II. Persilangan dihibrid
Hukum Mendel II dikenal pula dengan hukum asortasi atau
hukum berpasangan secara bebas. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat
berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lain. Meskipun demikian, gen
untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat lain yang bukan
termasuk alelnya. Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan
dihibrid, yaitu persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda dan
memiliki perbandingan 9 : 3: 3 : 1.
Pada percobaan yang dilakukan dengan persilangan dihibrid
dengan menggunakan 2 sifat beda yaitu kancing genetik warna merah dengan gamet
(BB) bersifat dominan bulat terhadap kancing genetik warna putih, dan yang
bersifat resesif keriput dengan gamet (bb). Serta dengan kancing genetik warna
kuning dengan gamet (KK) yang bersifat dominan warna kuning terhadap warna
hijau resesif dengan gamet (kk). Pada parentalnya memiliki sifat fenotif bentuk
bulat berwarna kuning (BBKK) yang dominan terhadap parental lainnya yang
memiliki fenotif bentuk keriput berwarna hijau (bbkk). Diagram persilangannya
sebagai berikut :
P: ♀
BBKK >< ♂ bbkk
(Bulat
Kuning) ↓ (Keriput Hijau)
F1: BbKk
(Bulat Kuning)
F1>< F1: ♀
BbKk >< ♂ BbKk
(Bulat Kuning) ↓ (Bulat Kuning)
Gamet: BK, Bk, bK, bk
F2:
Fenotif (genotif)
Bulat Kuning (BK)
Bulat Hijau (Bk)
Keriput Kuning (bK)
Keriput Hijau (bk)
Bulat Kuning (BK)
BBKK
BBKk
BbKK
BbKk
Bulat Hijau (Bk)
BBKk
BBkk
BbKk
Bbkk
Keriput Kuning (bK)
BbKK
BbKk
BbKK
BbKk
Keriput Hijau (bk)
BbKk
Bbkk
bbKk
bbkk
Namun, pada percobaan persilangan dihibrid yang dilakukan
terjadi penyimpangan dari hukum mendel, ini karena rasio fenotif yang
dihasilkan adalah 9 : 4 : 3 : 0, sedangkan hukum Mendel II mempunyai rasio
fenotif 9 : 3 : 3 ; 1. Penyimpangan ini adalah penyimpangan yang semu dan
jarang terjadi. Penyimpangan ini mungkin dikarenakan adanya sifat-sifat menurun
yang dipengaruhi oleh dua atau lebih pasangan alel yang penampakkannya saling
mempengaruhi (berinteraksi). Tergantung pada macam interaksi ini, perbandingan
fenotif itu berubah dalam berbagai bentuk, walaupun prinsip dasar dari cara
pewarisan sifat-sifat menurun adalah tetap sama. Keganjilan ini bukanlah
disebabkan oleh penyimpangan hukum Mendel II tetapi hanyalah karena adanya dua
pasang alel yang semuanya mempengaruhi bagian sama dari suatu organisme. Dan
dalam hal ini adalah bentuk Bulat Kuning dan Keriput Hijau.
H. Kesimpulan
Genetika
adalah ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk
kepada keturunannya. Orang petama yang mengadakan percobaan perkawinan silang
adalah Gregar Mendel (1822-1884).
1. Peristiwa penyimpangan terhadap hukum
Mendel ke-I terjadi karena adanya interaksi antara gen-gen. Yaitu adanya sebuah
atau sepasang gen yang menutupi (mengalahkan) atau dikalahkan ekspresi gen lain
yang bukan alelnya. Monohibrid adalah persilangan yang hanya menggunakan satu
macam gen yang berbeda atau menggunakan satu sifat beda. Hukum I Mendal pada
intinya mengungkapkan bahwa dua alat yang mengakhiri sifat tertentu akan
terpisah pada dua gamet yang berbeda.
2. Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan
melalui persilangan dihibrida, yaitu persilangan dengan dua sifat beda, dengan
dua alel berbeda Hukum Mendel ke-II menyatakan bahwa apabila 2 individu
memiliki 2 pasang sifat atau lebih maka diturunkannya sifat secara bebas tidak
bergantung pada pasangan sifat yang lainnya.
Pada
proses persilangan akan dihasilkan gen yang bersifat dominasi penuh dan
bersifat dominasi sebagian/intermediat. Dominasi penuh merupakan sifat dominan
yang paling banyak muncul atau sifat yang menutupi, sedangkan dominasi
sebagian/intermediat adalah sifat yang akan tampak dan merupakan campuran dari
dua sifat.
J.
Daftar Pustaka
Arianto,Erik.
2008. Laporan Praktikum Genetika persilangan Monohibrid.Jakarta
Suryo.1984
.Genetika. UGM Press: Yogyakarta.
Syamsuri,
Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga
Team Teaching.
2014. Mata Kuliah Biologi. Gorontalo : Universitas
Negeri Gorontalo
Winatasasmita, D. dkk, 1999. "
Biologi Umum". Jakarta : Universitas terbuka.
Yatim, Wildan .2003
.Genetika.Tarsito: Bandung
Jawaban Tugas
1. Jelaskan
beberapa prinsip dasar hukum hereditas menurut Mendel?
Jawab:
Prinsip-prinsip
dasar hukum hereditas yaitu:
a. Hukum
dominan, yaitu sifat yang menutupi fenotip yang lain pada F1.
b. Sifat
intermedier, yaitu tidak adanya sifat yang saling menutupi atau sifat yang akan
tampak merupakan campuran dari dua sifat.
c. Sifat
kedominan, yaitu adanya pencampuran sifat dominan dan resesif.
d. Hukum
segregasi, yaitu hukum pemisahan faktor gen sealel.
e. Hukum
berpasangan secara bebas, yaitu pembatasan dua induk yang memiliki dua macam
ciri (sifat) atau lebih, penurunan suatu pasang faktor bebas, memillih dari
pasangan faktor lainnya.
f. Perkawinan
balik (backcross), yaitu perkawinan antara individu F1 dengan salah satu induk
betina atau jantan.
g. Uji
silang (testcross), yaitu perkawinan antara individu F1 dengan individu yang
dobel resesif.
B.
Hukum Mendel I
adalah pemisahan factor atau gen sealel yang heterozigot pada generasi
pertama(F1) yang memiliki sifat yang kontras(dominan dan resesif) gen-gennya
berkumpul bersama-sama tetapi keduanya tidak bercampur dan kedua gen ini
memisah pada saat pembentukan gamet. bunyi hukum mendel I ini yaitu:“pada waktu berlangsung pembentukan
gamet,tiap pasang gen akan di segregasi ke dalam masing-masing gamet yang
terbentuk”.
C.
Hukum mendel II
adalah hukum yang mengelompokkan gen secara bebas dalam bahasa inggris di sebut
“Independent Assortment of Gen”.pada saat pembastaran dua induk yang memiliki
dua macam sifat atau lebih penurunan satu pasang factor bebas memiliki dari
pasangan yang lainnya. bunyi hukum Mendel II yaitu : “segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi
pasangan gen lainnya,sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi
pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas”.
2. Jika
terjadi dominasi tak penuh, bagaimanakah perbandingan fenotif dan genotifnya?
Jawab:
Jika
terjadi dominasi tak penuh, maka perbandingan fenotip dan genotipnya adalah
1:2:1:2:4:2:1:2:1.
Jika
terjadi dominasi tak penuh maka
fenotipe individu F1 tidak seperti salah satu fenotipe induk galur
murni,melainkan mempunyai sifat fenotipe di antara kedua induknya. demikian
pula perbandingan fenotipe F2-nya tidak 3 : 1,melainkan 1 : 2 : 1 sama dengan
perbandingan genotype F2-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar