Sabtu, 21 Februari 2015

Laporan praktikum biologi " Genetika Mendel "

PRAKTIKUM VII

A.    Judul Praktikum           
Genetika Mendel

B.Tujuan Praktikum 
1.      Mengidentifikasi istilah gen, lokus, fenotif, genotif, dominan dan resesif.
2.      Menyusun persilangan dengan satu sifat beda (Monohibrid).

C.    Dasar Teori
Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya disebut ilmu genetika (berasal dari bahasa Latin, yaitu Genos = asal usul). Pengetahuan tentang adanya sifat menurun pada makhluk hidup sebenarnya sudah lama berkembang hanya belum dipelajari secara sistematis, penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke-19 oleh Mendel.(Team Teaching.2014. " Penuntun Praktikum Biologi. UNG).
Orang yang pertama-tama yang mengadakan percobaan perkawinan silang ialah Gregor Mendel, seorang rahib Australia yang hidup pada tahun 1822-1884, dan dia dikenal sebagai pencipta atau Bapak Genetika. (Suryo, 2008). Beliau melakukan serangkaian percobaan persilangan pada kacang ercis ( Pisum sativum). Dari percobaan yang dilakukannya selam bertahun-tahun tersebut, Mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat yang kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan.Mendel telah memilih tanaman ercis untuk percobaannya karena tanaman ini hidupnya tidak lama (merupakan tanaman setahun), mudah tumbuh dan mudah disilangkan. Tanaman ercis memiliki bunga sempurna, yang berarti pada bunga ini terdapat benang sari (alat kelamin jantan) dan putik (alat kelamin betina), sehingga biasanya terjadi penyerbukan sendiri. Perkawinan silang dapat berlangsung beberapa generasi terus-menerus akan menghasilkan galur murni, yaitu keturunan yang selalu memiliki sifat keturunan yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman ini memiliki tujuh sifat dengan perbedaan yang mencolok, yaitu batang tinggi lawan kerdil, buah polongan berwarna hijau lawan kuning, bunga berwarna ungu lawan putih, bunganya terletak aksial (sepanjang batang) lawannya terminal (pada ujung batang), biji yang masak berwarna hijau lawan kuning, permukaan biji licin lawan berkerut, warna kulit biji abu-abu lawan putih. (Suryo, 2008)
Pada waktu Mendel hidup belum diketahui tentang bentuk dan susunan sifat keturunan. Mendel menyebut bahan keturunan itu faktor penentu. Tetapi kini faktor penentu itu lebih dikenal dengan istilah gen (Inggris: gene; Jerman: Gen; Belanda: geen; Perancis:gene). Dengan ditemukannya kromosom, (yaitu benda-benda halus berbentuk batang lurus atau bengkok di dalam sel), maka Wilhelm Roux (1883) berpendapat bahwa kromosom adalah pembawa faktor keturunan. Kemudian diketahui bahwa gen diwariskan dari orang tua kepada keturunannya lewat gamet. (Suryo, 2008).Diwaktu Mendel mengawinkan tanaman ercis berbatang tinggi dengan yang berbatang kerdil, maka semua tanaman keturunan pertama seragam berbatang tinggi. Suatu tanda bahwa sifat tinggi mengalahkan sifat kerdil. Sifat demikian disebut sifat dominan, dan sifat yang dikalahkan disebut sifat resesif.
Menurut Crowder (1993), dominan adalah hasil gen fungsional, menutup penampilan dari alel mutan, dan resesif adalah alel dari gen yang tidak menghasilkan hasil yang berfungsi, hasil yang defisien atau hasil yang jumlahnya sedikit. Sedangkan sifat keturunan yang dapat diamati/ lihat (warna, bentuk, ukuran) dinamakan fenotip, dan sifat dasar yang tidak nampak dan tetap (tidak berubah-ubah karena lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotip (Suryo, 2008). Menurut Crowder (1993) genotip adalah susunan genetik, atau jumlah total, atau semua gen dalam suatu individu, sedangkan fenotip merupakan kenampakan luar dari suatu individu, merupakan kombinasi antara genotip dan keadaan lingkungan.Anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh berlawanan disebut alel. Menurut Crowder (1993) alel adalah salah satu bentuk mutasi yang mungkin terjadi dari suatu gen tertentu. Mislanya T menentukan sifat tinggi pada batang, sedangkan t menentukan batang kerdil. Maka T dan t merupakan alel, tapi andaikan R adalah gen yang menentukan warna merah pada bunga, maka T dan R bukan alel. ( Suryo, 2008)Homozigot ialah individu yang genotipnya terdiri dari alel yang sama (misalnya TT , tt), sedangkan heterozigot adalah individu yang genotipnya teridiri dari pasangan alel yang tidak sama (misalnya Tt). Homozigot dapat dibedakan atas homozigot dominan (TT) dan resesif (tt). (Suryo, 2008)Hasil perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat beda dinamakan hibrid. Berdasarkan banyaknya sifat beda yang terdapat pada suatu individu, dapat dibedakan bahwa monohibrid merupakan suatu hibrid dengan satu sifat beda (Aa), dihibrid ialah suatu hibrid dengan dua sifat beda (AaBb), sedangkan trihibrid ialah suatu hibrid dengan tiga sifat beda (AaBbCc). (Suryo, 2008)
Menurut Crowder (1\993), yang dimaksud dengan homosigot adalah keadaan dimana ada dua alel berbeda pada gen yang sama, individunya disebut heterosigot, sedangkan heterosigot adalah keadaan dimana ada dua alel berbeda pada gen yang sama, individunya disebut heterosigot.Dalam percobaan Mendel, dikenal beberapa macam perkawinan yaitu perkawinan respirok, back cross, dan tets cross. Perkawinan respirok (perkawinan kebalikan) ialah perkawinan yang merupakan kebalikan dari perkawinan yang semula dilakukan. Perkawinan backcross atau perkawinan balik merupakan perkawinan antara individu F1 dengan induknya betina atau jantan. Sedangkan perkawinan testcross atau uji silang merupakan perkawinan antara individu H1 (dihibrid) dengan individu yang dobel resesif. (Suryo, 2008)1. Hukum MendelPewarisan sifat pada persilangan dua individu dapat diterangkan dengan hukum Mendel I dan II.a) Hukum Mendel I ( Hukum Segregasi )Hukum mendel I menjelaskan tentang persilangan monohibrid. Persilangan monohibrid adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau sifat beda.Hukum mendel I disebut dengan hukum segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004).
Alel memisah (segregasi) satu dari yang lain selama pembentukan gamet dan diwariskan secara rambang ke dalam gamet-gamet yang sama jumlahnya. Sebagian dasar segregasi satu pasang alel terletak pada lokus yang sama dari kromosom homolog. Kromosom homolog ini memisah secara bebas pada anafase I dari meiosis dan tersebar ke dalam gamet-gamet yang berbeda. (Crowder, 1993)Hukum Mendel I berlaku pada gametosis F1. F1 memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996)
Sifat yang muncul pada F1 disebut sebagai sifat dominan (menang), sedangkan sifat yang tidak muncul di sebut sifat resesif (kalah). Oleh Mendel, huruf yang dominan homozigot diberi simbol dengan huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang ditulis dua kali. Sedangkan sifat resesif di beri simbol dengan huruf kecil dari sifat dominan tadi. Simbol ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu berpasangan. Setiap gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom homolognya. (Istamar Syamsuri, 2004)
Percobaan mendel pada persilangan monohibrid :P tt x TTkerdil tinggiG1 t x TF1 TttinggiF1 x F1 Tt x Tttinggi tinggiF2T tT TTTinggi TttinggiT TtTinggi TtkerdilG2 = 1 : 2 : 1F2 = tinggi : kerdilb) Hukum Mendel II ( Hukum Pemilihan Bebas )Dalam praktek dua individu dapat mempunyai sifat beda lebih dari satu, misalnya beda warna dan beda bentuk sehingga hasil persilangannya (F1) dinamakan dihibrid. Contohnya dapat diikuti pada hasil percobaan Mendel dengan tanaman ercis. Pada bijinya terdapat dua sifat beda yaitu bentuk biji dan warna biji.. kedua sifat ini ditentukan oleh gen-gen yang berbeda yaitu :B = gen untuk biji bulatb = gen untuk biji keriputK = gen untuk biji kuningk = gen untuk biji hijauP BBKK x bbkkBulat-kuning keriput-hijau
F1 BbKkBulat-kuningG2 = bulat kuning : bulat hijau : kuning keriput : hijau keriputF2 = 9 : 3 : 3 :1BK Bk bK bkBK BBKKbulat kuning1 BBKkbulat kuning2 BbKKBulat kuning3 BbKkbulat kuning4Bk BBKkbulat kuning5 BBkkbulathijau6 BbKkbulat kuning7 Bbkkbulathijau8bK BbKkbulat kuning9 BBKkbulat kuning10 bbKKbulat kuning11 bbKkkeriput kuning12Bk BbKkBulat kuning13 Bbkkbulathijau14 bbKkkeriput kuning15 Bbkkkeriput hijau16
Berdasarkan data hasil percobaannya Mendel menyusun hukumnya ke II. Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda yaitu bentuk dan warna biji. Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes” atau pengelompokkan gen secara bebas. Hukum ini berlaku untuk pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke kutub ketika meiosis.2. Penyimpangan Hukum MendelPenyimpangan semu hukum Mendel adalah perbandingan fenotif dari persilangan monohibrid yang seolah-olah tidak mengikuti pola 3:1 atau tidak mengikuti pola 9 : 3 : 3 : 1. Pola tersebut dapat berupa 9 : 3 : (3+1), (9+3) : 3 : 1, atau 9 : (3+3+1). Hal ini disebabkan interaksi antar gen yang dapat menyebabkan perbandingan fenotip yang menyimpang dari hukum Mendel. Bentuk interaksi antar gen yang menyebabkan penyimpangan semu hukum Mendel berupa kriptomeri, gen komplementer, atavisme, epistasis dan hipostasis, dan polimeri.a) KriptomeriFenomena kriptomeri pertama kali ditemukan oleh Correns pada saat menyilangkan bunga Linaria maroccana galur murni, warna merah dengan galur murni berwarna putih. Pada F1 didapatkan bunga berwarna ungu. Kemudian bunga F1 itu di silangkan sesamanya dan menghasilkan bunga berwarna ungu, merah, dan putih dengan perbandingan 9 : 3 : 4.b) Gen KomplementerFenomena ini di sampaikan pertama kali oleh W. Bateson dan R.C Punnet. Komplementer merupakan interaksi gen yang saling melengkapi jika salah satu gen tidak ada maka sifat yang muncul tidak sempurna. Hasil yang di dapatkan adalah perbandingan fenotif F2 9 : 7.c) AtavismeFenomena ini disampaikan oleh W. Bateson dan R.C Punnet. Atavisme atau interaksi beberapa gen terdapat pada bentuk jengger ayam yaitu walnut, rose, pea, dan bilah.d) Epistasis dan HipostasisAktivitas saling mempengaruhi antar gen dominan diperhatikan oleh peristiwa epistasis dan hipostasis. Sebuah maupun sepasang gen yang menutupi (mengalahkan) ekspresi gen yang lain yang bukan alelnya dinamakan gen yang epistasis, sedangkan gen yang dikalahkan dinamakan hipostasis.e) PolimeriPolimeri merupakan persitiwa munculnya suatu sifat pada hasil persilangan heterozigot karena adanya pengaruh gen-gen lain. Hal ini disebabkan terdapat dua atau lebih gen yang menempati lokus berbeda, tetapi memiliki sifat yang sama. Perbandingan fenotif F2 pada polimeri adalah 15 : 1.



D.    Alat dan Bahan
No
Nama
Gambar
Fungsi
1.
Kantong
Digunakan sebagai tempat atau wadah untuk kancing genetika
2.
Kancing genetika

Digunakan sebagai alat untuk melakukan percobaan dalam menguji atau mengikuti percobaan hukum mendel




E.     Cara Kerja
Kancing genetika
 



-          Menyediakan model gen masing-masing 20 buah,
-          menandai wadah yang satu dengan huruf A dan yang lainnya dengan huruf B.
-          Memasukkan ke dalam wadah A dan B, masing-masing 10 buah model gen kemudian
-          mengocok-kocok selama beberapa menit agar kedua model gen tercampur.
-          Mengambil secara acak secara serentak model gen (monohybrid dan dihibrid) dari wadah berulang kali sampai hitungan yang ke 100 kali tanpa melihat.
-          Mengamati model gen yang terambil
-           mencatat kode susunan gen tersebut kedalam tabel hasil pengamatan.
Mendapatkan perbandingan dari model gen
monohibrid dan dihibrid.
 










F.     Hasil Praktikum
Dalam praktikum ini, kami melakukan dua percobaan atau eksperimen. Yaitu melakukan percobaan dengan mengambil secara acak kancing genetika dengan satu sifat beda (monohibrid) dan kancing genetika dengan dua siifat beda (dihibrid).
1.      Monohibrid.
 
Kancing genetika dengan satu sifat beda
                          
Tiga peluang model gen yang dapat terambil.
Tabel pengamatan sebagai berikut.
Gamet
Turus
Jumlah
MM
IIII  IIII  IIII IIII  IIII IIII
30
Mm
IIII  IIII  IIII  IIII  IIII
IIII  IIII  IIII  IIII 
45
mm
IIII  IIII  IIII  IIII  IIII
25
Jumlah
100
100
Keterangan : M = Merah
m = putih
a.       Rasio Genotip ( 1,2 : 1,8 : 1 ) = ( 1 : 2 : 1 )
MM= Merah
Mm= Merah Putih
Mm= Putih
MM : Mm : mm
30    : 45   : 25
1      : 2     : 1
b.      Rasio Fenotip ( 3 : 1 )
Merah : putih
75 : 25
3   :  1


2.      Dihibrid.
Kancing genetika dengan dua sifat beda (dihibrid).
Sembilan model gen yang dapat terambil. Salah satunya :




Tabel pengamatan sebagai berikut :
Genotip
Turus
Jumlah
MMBB
IIII  I
6
MMBb
IIII  IIII 
10
MmBB
IIII  IIII  IIII
14
MmBb
IIII  IIII  IIII IIII  IIII I
26
MMbb
IIII  II
8
Mmbb
IIII  IIII  II
12
mmBB
IIII  I
6
mmBb
IIII  IIII  I
11
Mmbb
IIII  II
7
Jumlah
100
100
Keterangan : Merah = Warna Merah (M)
Hijau = Warna Hijau (m)
Putih = Biji Bulat (B)
Hitam = Biji Lonjong (b)
a.       Rasio Genotip ( 1 : 1.6 : 2.3 : 4.3 : 1.3 : 2 : 1 : 1.8 : 1 )
MMBB =  6  : 6  = 1
MMBb =  10 : 6 = 1.6
MmBB =  14 : 6 = 2.3
MmBb =   26 : 6 = 4.3
MMbb =   8  : 6 = 1.3
Mmbb =   12 : 6 = 2
mmBB =   6  : 6 = 1
mmBb =   11 : 6 =  1.8
mmbb =    7 : 6  = 1.2
G = 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1
b.      Rasio Fenotip ( 9 : 3 : 3 : 1 )
MB : Mb : mB : mb
       :       :        :
F= 9 : 3 : 3 : 1


G. Pembahasan
1.      Persilangan monohibrid
Pada persilangan ini berlaku hukum mendel I yang menyatakan bahwa ketika berlangsung pembentukan gamet pada individu heterozigot terjadi perpisahan alel secara bebas sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen saja. Oleh karena itu, setiap gamet mengandung salah satu alel yang dikandung sel induknya.Peristiwa ini dikenal dengan Persilangan Monohibrid yang dikenal pula dengan hukum segregasi. Persilangan ini menggunakan satu sifat beda.
Dengan menggunakan kancing genetik warna merah dilambangkan dengan (M) dan warna putih dilambangkan dengan (m), pada keturunan satu (F1) perkawinan dari keduanya merupakan gabungan dari kedua gen (Mm) yang dalam fenotifnya bentuk tetap bulat (percampuran kancing merah dan kancing putih). Sedangkan pada keturunan F2 mulai tampak berlakunya hukum segregasi yaitu pemisahan secara bebas gen sealel. Pada percobaan ini, persilangan antara keturunan F1 didapatkan perbandingan genotifnya dari MM : Mm : mm adalah 25 : 50 : 25 sehingga perbandingan fenotifnya adalah 75 : 25.
Perbandingan ini sesuai dengan hukum Mendel I atau hukum segregasi dimana pada persilangan antar keturunan F1 tampak bahwa perbandingan hasil perkawinan antar faktor dominan dan resesif pada genotifnya adalah 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotifnya adalah 3 : 1.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan mengenai hukum Mendel I atau persilangan monohibrid yang diambil secara acak  berdasarkan data di atas jelas sesuai dengan hukum Mendel. Dan jika kita menuliskan persilangannya juga akan sesuai dengan hukum Mendel tersebut, yaitu:
P:      ♀MM    >< ♂ mm
          (Merah) ↓ (Putih)
F1:                Mm
                   (Merah)

F1>< F1: ♀ Mm    ><    ♂ Mm
                  (Merah) ↓    (Merah)

G:             M , m             M , m
F2:
Fenotif (genotif)
           
MERAH (M)
           
PUTIH (m)
MERAH (M)
           
MM
           
Mm
PUTIH (m)
           
Mm
           
mm

Jadi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil persilangan dengan perbandingan yaitu sebagai berikut:
- Rasio Genotifnya = MM : Mm : mm
25   : 50    : 25 → 1 : 2 : 1
- Rasio Fenotifnya = Merah : Putih
75   : 25 → 3 : 1






II.     Persilangan dihibrid
Hukum Mendel II dikenal pula dengan hukum asortasi atau hukum berpasangan secara bebas. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lain. Meskipun demikian, gen untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat lain yang bukan termasuk alelnya. Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrid, yaitu persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda dan memiliki perbandingan 9 : 3: 3 : 1.
Pada percobaan yang dilakukan dengan persilangan dihibrid dengan menggunakan 2 sifat beda yaitu kancing genetik warna merah dengan gamet (BB) bersifat dominan bulat terhadap kancing genetik warna putih, dan yang bersifat resesif keriput dengan gamet (bb). Serta dengan kancing genetik warna kuning dengan gamet (KK) yang bersifat dominan warna kuning terhadap warna hijau resesif dengan gamet (kk). Pada parentalnya memiliki sifat fenotif bentuk bulat berwarna kuning (BBKK) yang dominan terhadap parental lainnya yang memiliki fenotif bentuk keriput berwarna hijau (bbkk). Diagram persilangannya sebagai berikut :
P:           ♀ BBKK       ><     ♂ bbkk
          (Bulat Kuning)     ↓   (Keriput Hijau)

F1:                             BbKk
                             (Bulat Kuning)

F1>< F1:  ♀ BbKk            ><    ♂ BbKk
                 (Bulat Kuning)    ↓    (Bulat Kuning)

Gamet: BK, Bk, bK, bk





F2:
Fenotif (genotif)
           
Bulat Kuning (BK)
           
Bulat Hijau (Bk)
           
Keriput Kuning (bK)
           
Keriput Hijau (bk)
Bulat Kuning (BK)
           
BBKK
           
BBKk
           
BbKK
           
BbKk
Bulat Hijau (Bk)
           
BBKk
           
BBkk
           
BbKk
           
Bbkk
Keriput Kuning (bK)
           
BbKK
           
BbKk
           
BbKK
           
BbKk
Keriput Hijau (bk)
           
BbKk
           
Bbkk
           
bbKk
           
bbkk

Namun, pada percobaan persilangan dihibrid yang dilakukan terjadi penyimpangan dari hukum mendel, ini karena rasio fenotif yang dihasilkan adalah 9 : 4 : 3 : 0, sedangkan hukum Mendel II mempunyai rasio fenotif 9 : 3 : 3 ; 1. Penyimpangan ini adalah penyimpangan yang semu dan jarang terjadi. Penyimpangan ini mungkin dikarenakan adanya sifat-sifat menurun yang dipengaruhi oleh dua atau lebih pasangan alel yang penampakkannya saling mempengaruhi (berinteraksi). Tergantung pada macam interaksi ini, perbandingan fenotif itu berubah dalam berbagai bentuk, walaupun prinsip dasar dari cara pewarisan sifat-sifat menurun adalah tetap sama. Keganjilan ini bukanlah disebabkan oleh penyimpangan hukum Mendel II tetapi hanyalah karena adanya dua pasang alel yang semuanya mempengaruhi bagian sama dari suatu organisme. Dan dalam hal ini adalah bentuk Bulat Kuning dan Keriput Hijau.

H.    Kesimpulan
Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Orang petama yang mengadakan percobaan perkawinan silang adalah Gregar Mendel (1822-1884).
1.         Peristiwa penyimpangan terhadap hukum Mendel ke-I terjadi karena adanya interaksi antara gen-gen. Yaitu adanya sebuah atau sepasang gen yang menutupi (mengalahkan) atau dikalahkan ekspresi gen lain yang bukan alelnya. Monohibrid adalah persilangan yang hanya menggunakan satu macam gen yang berbeda atau menggunakan satu sifat beda. Hukum I Mendal pada intinya mengungkapkan bahwa dua alat yang mengakhiri sifat tertentu akan terpisah pada dua gamet yang berbeda.
2.         Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrida, yaitu persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda Hukum Mendel ke-II menyatakan bahwa apabila 2 individu memiliki 2 pasang sifat atau lebih maka diturunkannya sifat secara bebas tidak bergantung pada pasangan sifat yang lainnya.
Pada proses persilangan akan dihasilkan gen yang bersifat dominasi penuh dan bersifat dominasi sebagian/intermediat. Dominasi penuh merupakan sifat dominan yang paling banyak muncul atau sifat yang menutupi, sedangkan dominasi sebagian/intermediat adalah sifat yang akan tampak dan merupakan campuran dari dua sifat.


J.   Daftar Pustaka
Arianto,Erik. 2008. Laporan Praktikum Genetika persilangan                                   Monohibrid.Jakarta
Suryo.1984 .Genetika. UGM Press: Yogyakarta.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga
Team Teaching. 2014. Mata Kuliah Biologi. Gorontalo : Universitas
            Negeri Gorontalo
Winatasasmita, D. dkk, 1999. " Biologi Umum". Jakarta : Universitas terbuka.
Yatim, Wildan .2003 .Genetika.Tarsito: Bandung





















Jawaban Tugas
1.      Jelaskan beberapa prinsip dasar hukum hereditas menurut Mendel?
Jawab:
Prinsip-prinsip dasar hukum hereditas yaitu:
a.    Hukum dominan, yaitu sifat yang menutupi fenotip yang lain pada F1.
b.    Sifat intermedier, yaitu tidak adanya sifat yang saling menutupi atau sifat yang akan tampak merupakan campuran dari dua sifat.
c.    Sifat kedominan, yaitu adanya pencampuran sifat dominan dan resesif.
d.   Hukum segregasi, yaitu hukum pemisahan faktor gen sealel.
e.    Hukum berpasangan secara bebas, yaitu pembatasan dua induk yang memiliki dua macam ciri (sifat) atau lebih, penurunan suatu pasang faktor bebas, memillih dari pasangan faktor lainnya.
f.     Perkawinan balik (backcross), yaitu perkawinan antara individu F1 dengan salah satu induk betina atau jantan.
g.    Uji silang (testcross), yaitu perkawinan antara individu F1 dengan individu yang dobel resesif.
B.     Hukum Mendel I adalah pemisahan factor atau gen sealel yang heterozigot pada generasi pertama(F1) yang memiliki sifat yang kontras(dominan dan resesif) gen-gennya berkumpul bersama-sama tetapi keduanya tidak bercampur dan kedua gen ini memisah pada saat pembentukan gamet. bunyi hukum mendel I ini yaitu:“pada waktu berlangsung pembentukan gamet,tiap pasang gen akan di segregasi ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk”.
C.    Hukum mendel II adalah hukum yang mengelompokkan gen secara bebas dalam bahasa inggris di sebut “Independent Assortment of Gen”.pada saat pembastaran dua induk yang memiliki dua macam sifat atau lebih penurunan satu pasang factor bebas memiliki dari pasangan yang lainnya. bunyi hukum Mendel II yaitu : “segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya,sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas”.

2.      Jika terjadi dominasi tak penuh, bagaimanakah perbandingan fenotif dan genotifnya?
Jawab:
Jika terjadi dominasi tak penuh, maka perbandingan fenotip dan genotipnya adalah 1:2:1:2:4:2:1:2:1.
Jika                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               terjadi dominasi tak penuh maka fenotipe individu F1 tidak seperti salah satu fenotipe induk galur murni,melainkan mempunyai sifat fenotipe di antara kedua induknya. demikian pula perbandingan fenotipe F2-nya tidak 3 : 1,melainkan 1 : 2 : 1 sama dengan perbandingan genotype F2-nya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar