PRAKTIKUM II
A.
Judul Praktikum
Uji Kualitatif untuk Lipida (lemak),
Uji Gliserol.
B.
Tujuan
Praktikum
Tujuan percobaan ini adalah untuk menguji kandungan lipid
atau lemak dalam sampel yang diuji menggunakan uji gliserol.
C.
Dasar
Teori
Lipid atau trigliserida adalah sekumpulan senyawa di dalam
tubuh yang memiliki ciri-ciri yang serupa dengan malam, gemuk (grease), atau
minyak. Lipid memerlukan mekanisme pengangkutan khusus agar bersirkulasi dalam
darah karena lipid tidak larut dalam air. Adapun sifat fisika yang dimaksud
adalah (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009):
1. Tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya eter, aseton,
kloroform, benzena, yang sering juga disebut “pelarut lemak”.
2. Ada hubungan dengan asam-asam lemak
atau esternya.
3. Mempunyai kemungkinan digunakan oleh
makhluk hidup.
Lipid merupakan komponen penting dalam membran sel, termasuk
diantaranya fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan adalah kolesterol.
Fosfolipid memiliki banyak kerangka gliserol (fosfogliserida) atau sfingosina
(sfingomylin). Serebrosida mengandung glukosa dan galaktosa dan dengan kerangka
sfingosina termasuk dalam glikolipid. Kolesterol merupakan senyawa induk bagi
steroid lain yang disintesis dalam tubuh. Steroid tersebut adalah hormon-hormon
yang penting seperti hormon korteks adrenal serta hormon seks, vitamin D, dan
asam empedu (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Lipid adalah salah satu kategori molekul biologis yang besar
yang tidak mencakup polimer. Senyawa yang disebut lipid dikelompokkan bersama
karena memiliki satu ciri penting: lipid tidak memiliki atau sedikit sekali
afinitasnya terhadap air. Perilaku hidrofobik lipid didasarkan berdasarkan
struktur molekulernya (Tim Dosen Biologi UPT MKU, 2010).
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam
beberapa golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi
lipid dalam tiga golongan besar, yakni:
(1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya
lemak atau gliserida dan lilin (waxes); (2) lipid gabungan yaitu ester asam
lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid, serebrosida; (3)
derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid,
contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol. Disamping itu, berdasarkan sifat
kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni
lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya
lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2009).
Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan pada titik
lelehnya. Pada suhu kamar, lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud
cair. Titik leleh dari lemak dan minyak tergantung pada strukturnya, umumnya
meningkat dengan bertambahnya jumlah atom karbon. Banyaknya ikatan ganda dua
karbon-karbon dalam komponen asam lemak juga sangat berpengaruh. Trigliserida
yang mengandung banyak asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat
akan berwujud lemak (padat), contohnya lemak sapi. Reaksi hidrogenasi mengubah
minyak nabati menjadi lemak, misalnyapada industri margarin. Serbuk logam nikel
(sebagai katalis) didispersikan ke dalam minyak panas selanjutnya diadisi
dengan hidrogen sehingga ikatan ganda dua dari asam lemak tak jenuh menjadi
jenuh dan membentuk lemak. Contohnya, hidrogenasi pada triolien (titik leleh
17oC) menghasilkan tristearin (titik leleh 55oC) (Tim Dosen Kimia UPT MKU,
2011).
Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting
kelompok lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organisme hidup.
Lemak dan minyak penting bagi manusia karena adanya asam-asam lemak esensial
yang terkandung di dalamnya. Fungsinya dapat melarutkan vitamin A, D, E, dan K
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kemudian, lemak dan minyak
merupakan sumber energi yang lebih efisien dibandingkan dengan karbohidrat dan
protein. Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan
karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal setiap gram (Tim Dosen
Biokimia, 2011).
Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas
tiga atom karbon. Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul
gliserol dapat mengikat satu, dua, atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk
ester, yang disebut monogliserida, digliserida, atau trigliserida (Poedjiadi
dan Supriyanti, 2009).
Trigliserida adalah triester dari asam lemak dan gliserol.
Asam lemak adalah karboksilat berantai panjang, yang umumnya memiliki jumlah
atom karbon genap, jarang yang bercabang, dan dapat memiliki satu atau lebih
ikatan rangkap dua (tidak jenuh). Sifat fisik maupun sifat kimia dari
trigliserida sangat ditentukan oleh jenis asam lemak pembentuknya. Tingkat
kejenuhan dan ketidakjenuhan dari asam lemak menentukan titik leleh dari
trigliserida yang dibentuknya. Asam lemak jenuh umumnya rantainya memanjang dan
lebih teratur Jika terdapat ikatan ganda dua cis dalam rantai asam lemak, maka
rantainya akan membelok dan tidak teratur. Semakin banyak terdapat ikatan ganda
dua dalam rantai asam lemak, semakin tidak teratur strukturnya dan semakin
rendah titik lelehnya (Tim Dosen Kimia UPT MKU, 2011).
Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah trigliserida yang
merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Senyawa terbentuk
dari hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (Tim
Dosen Biokimia, 2011).
Pada umumnya, lemak apabila dibiarkan lama di udara akan
menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses
hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Di samping itu, dapat pula
terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan
menambah bau dan rasa yang tidak enak. Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya
akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang
tidak enak atau tengik. Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi dan adanya
bakteri perusak adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketengikan
lemak (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Lemak dan minyak yang teroksidasi akan membentuk peroksida
dan hidroperoksida yang dapat terurai menjadi aldehida, keton, dan asam-asam
lemak bebas. Hasil oksidasi tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau yang tidak
enak, tetapi dapat pula menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin dan asam-asam
lemak esensial dalam lemak. Reaksi oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya,
pemanasan, atau katalis logam seperti Cu, Fe, Co, dan Mn. Lemak dan minyak yang
sangat tengik mempunyai keasaman yang rendah. Proses ketengikan dapat dihambat
salah satunya dengan penambahan zat antioksidan seperti vitamin E, vitamin C,
polifenol, dan hidroquinon (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Uji Gliserol
Pengujian adanya ngliserol dalam larutan uji bisa
diidentifikasi dari bau yang dihasilkan ketika larutan uji dipanaskan sampai
mendidih dan menghasilkan asap yang beraroma tertentu. Apabila aroma asap
larutan uji sama dengan aroma asap dari gliserol maka larutan tersebut
mengandung gliserol.
Prinsip :
Jika gliserol dipanaskan dengan kalium bisulfat (KHSO4)
dehidrasi terjadi dan akrolein aldehid terbentuk yang memiliki karakteristik
bau.
D. Alat dan Bahan
No
|
Nama
Alat dan Bahan
|
Fungsi
|
Gambar
|
1.
|
Larutan kalium bisulfat
|
Sebagai bahan
pereaksi
|
|
2.
|
Minyak kelapa kampung
|
Sebagai bahan yang
akan diuji
|
|
3.
|
Minyak bimoli
|
Sebagai bahan yang akan diuji
|
|
4.
|
mentega
|
Sebagai bahan yang
akan diuji
|
|
5.
|
margarin
|
Sebagai bahan yang
akan diuji
|
|
6.
|
Pembakar bunsen
|
Digunakan untuk
mensterilkan atau memanaskan bahan didalam tabung reaksi
|
|
7.
|
Pipet tetes
|
Sebagai alat yang
digunakan untuk mengambil larutan dalam ukuran yang sedikit.
|
|
8.
|
Gelas beker
|
Sebagai tempat atau
wadah suatu larutan atau bahan.
|
|
9.
|
Dispo
|
Digunakan untuk
mengambil larutan dalam jumlah yang sedikit.
|
|
10.
|
Rak tabung reaksi dan tabung reaksi
|
Digunakan sebagai
tempat atau wadah dari suatu larutan, dan rak tabung reaksi sebagai tempat
dari tabung reaksi.
|
|
11.
|
Gelas ukur
|
Digunakan sebagai
alat untuk mengukur bahan larutan.
|
|
E.
Cara
Kerja
1. Tempatkan kalium bisulfat setinggi
0,5 cm dalam tabung bahan panas.
2. Tambahkan 5 tetes larutan yang akan
diuji, atau jika bahan padat jumlahnya kira-kira sama dengan kalium bisulfat.
3. Tutup lagi (tambahkan lagi) kalium
bisulfat dan panaskan dengan hati-hati.
4. Cium baunya.
F.
Hasil
Praktikum
No
|
Nama
bahan yang diuji
|
Hasil
|
Keterangan
|
1
|
Minyak
bimoli
|
Bau
akrolein +
|
+
( semakin menyengat)
|
2
|
Minyak
kelapa kampong
|
Bau
akrolein + + + +
|
+
( semakin menyengat)
|
3
|
Mentega
|
Bau
akrolein + + +
|
+
( semakin menyengat)
|
4
|
margarin
|
Bau
akrolein + +
|
+
( semakin menyengat)
|
G.
Pembahasan
Dalam praktikum pengujian lipida ini, kami menggunakan
reaksi uji gliserol, yaitu menentukan apakah dalam bahan yang kami uji
mengandung gliserol atau tidak. Bahan yang
kami gunakan adalah bahan lemak dan larutan pendehidrasi kalium bisulfat (KHSO4). Parameternya adalah akan
menimbulkan bau akrolein yaitu seperti bau alcohol.
Uji gliserol selain untuk mengetahui gliserol bebas juga
dapat digunakan untuk mengetahui kualitas minyak atau lemak yang digunakan.
Semakin tinggi akrolein maka kualitas
dari minyak atau lemak semakin baik dan begitu pula sebaliknya.
Pada uji gliserol diatas, hal pertama yang kami lakukan
adalah menempatkan kalium bisulfat setinggi 0,5 cm pada 4 tabung reaksi.
Setelah itu pada masing-masing tabung reaksi dituangkan mentega, margarin,
minyak kampung dan minyak kelapa lalu ditutup (ditambahkan lagi) kalium bisulfat. Fungsi dari kalium bisulfat
dalam percobaan ini adalah untuk mengkatalisis gliserol yang mungkin ada dalam
larutan senyawa lemak atau menarik molekul air dari gliserol
Selanjutnya bahan dipanaskan dengan hati-hati pada pembakar
bunsen. Pemanasan dilakukan dengan melewatkan bagian bawah tabung reaksi secara
sesekali dari kiri ke kanan dengan ritme yang sama. Pemanasan ini bertujuan
untuk supaya dehidrasi (menghilangkan air) terjadi dan akrolein aldehid yang
terbentuk memiliki karakteristik bau. Setelah bahan mendidih maka bahan itu
didiamkan terlebih dahulu lalu dicium baunya.
Percobaan yang kami lakukan, menunjukan bahwa semua bahan
menunjukan bau yang khas disebabkan oleh terbentuknya akrilaldehida atau
akrolein, dan ini menunjukan bahwa bahan positif gliserol. Minyak kelapa kampung
menunjukan bau akrolein yang lebih menyengat dibanding bahan yang lain. Hal ini
menunjukan bahwa minyak kelapa kampong memiliki kandungan gliserol atau lemak
yang lebih tinggi dan juga menunjukan kualitas yang tinggi. Selanjutnya bau
akrolein yang menyengat setelah minyak kelapa kampong adalah mentega dan setelah itu margarin. Bahan yang
paling rendah akroleinnya adalah minyak bimoli, hal ini menunjukan bahwa minyak
bimoli hanya mengandung sedikit gliserol atau karena baunya yang tidak terlalu
menyengat dibanding bahan yang di uji lainnya.
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, maka dapat
disimpulkan uji kualitatif lipida dalam
uji gliserol menunjukan bahwa semua bahan yang diuji positif gliserol atau
lemak tetapi dengan konsentrasi gliserol yang berbeda. Hal ini dapat diamati
melalui bau yang ditimbulkan. Minyak kelapa kampung mempunyai bau akrolein yang
menyengat dibanding bahan yang lain, selanjutnya mentega , margarin dan
terakhir minyak bimoli yang hanya menimbulkan bau akrolein yang tidak terlalu
menyengat dibanding bahan yang lainnya.
J. Daftar Pustaka
Lehninger,
Albert, 1992, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga: Jakarta.
Fessenden
dan Fessenden, 1999, Kimia Organik Edisi ketiga Jilid 2, Erlangga: Jakarta.
Pudjiadi,
Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:Universitas Indonesia.
http://elkaphia.blogspot.com/2013/10/praktikum-biokimia-i-lipid.html
http://jennypedaujilipid.blogspot.com/
https://www.academia.edu/9444973/laporan_biokimia_lipid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar