Minggu, 18 Oktober 2015

contoh laopran praktikum biokimia. Uji Kualitatif untuk Lipida (lemak), Uji Gliserol.



PRAKTIKUM II

A.    Judul Praktikum
Uji Kualitatif untuk Lipida (lemak), Uji Gliserol.

B.     Tujuan Praktikum 
Tujuan percobaan ini adalah untuk menguji kandungan lipid atau lemak dalam sampel yang diuji menggunakan uji gliserol.

C.    Dasar Teori
Lipid atau trigliserida adalah sekumpulan senyawa di dalam tubuh yang memiliki ciri-ciri yang serupa dengan malam, gemuk (grease), atau minyak. Lipid memerlukan mekanisme pengangkutan khusus agar bersirkulasi dalam darah karena lipid tidak larut dalam air. Adapun sifat fisika yang dimaksud adalah (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009):
1.      Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena, yang sering juga disebut “pelarut lemak”.
2.      Ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya.
3.      Mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup.
Lipid merupakan komponen penting dalam membran sel, termasuk diantaranya fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan adalah kolesterol. Fosfolipid memiliki banyak kerangka gliserol (fosfogliserida) atau sfingosina (sfingomylin). Serebrosida mengandung glukosa dan galaktosa dan dengan kerangka sfingosina termasuk dalam glikolipid. Kolesterol merupakan senyawa induk bagi steroid lain yang disintesis dalam tubuh. Steroid tersebut adalah hormon-hormon yang penting seperti hormon korteks adrenal serta hormon seks, vitamin D, dan asam empedu (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Lipid adalah salah satu kategori molekul biologis yang besar yang tidak mencakup polimer. Senyawa yang disebut lipid dikelompokkan bersama karena memiliki satu ciri penting: lipid tidak memiliki atau sedikit sekali afinitasnya terhadap air. Perilaku hidrofobik lipid didasarkan berdasarkan struktur molekulernya (Tim Dosen Biologi UPT MKU, 2010).
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan  besar, yakni: (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes); (2) lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid, serebrosida; (3) derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol. Disamping itu, berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan pada titik lelehnya. Pada suhu kamar, lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair. Titik leleh dari lemak dan minyak tergantung pada strukturnya, umumnya meningkat dengan bertambahnya jumlah atom karbon. Banyaknya ikatan ganda dua karbon-karbon dalam komponen asam lemak juga sangat berpengaruh. Trigliserida yang mengandung banyak asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat akan berwujud lemak (padat), contohnya lemak sapi. Reaksi hidrogenasi mengubah minyak nabati menjadi lemak, misalnyapada industri margarin. Serbuk logam nikel (sebagai katalis) didispersikan ke dalam minyak panas selanjutnya diadisi dengan hidrogen sehingga ikatan ganda dua dari asam lemak tak jenuh menjadi jenuh dan membentuk lemak. Contohnya, hidrogenasi pada triolien (titik leleh 17oC) menghasilkan tristearin (titik leleh 55oC) (Tim Dosen Kimia UPT MKU, 2011).
Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organisme hidup. Lemak dan minyak penting bagi manusia karena adanya asam-asam lemak esensial yang terkandung di dalamnya. Fungsinya dapat melarutkan vitamin A, D, E, dan K yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kemudian, lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efisien dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal setiap gram (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida, atau trigliserida (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Trigliserida adalah triester dari asam lemak dan gliserol. Asam lemak adalah karboksilat berantai panjang, yang umumnya memiliki jumlah atom karbon genap, jarang yang bercabang, dan dapat memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua (tidak jenuh). Sifat fisik maupun sifat kimia dari trigliserida sangat ditentukan oleh jenis asam lemak pembentuknya. Tingkat kejenuhan dan ketidakjenuhan dari asam lemak menentukan titik leleh dari trigliserida yang dibentuknya. Asam lemak jenuh umumnya rantainya memanjang dan lebih teratur Jika terdapat ikatan ganda dua cis dalam rantai asam lemak, maka rantainya akan membelok dan tidak teratur. Semakin banyak terdapat ikatan ganda dua dalam rantai asam lemak, semakin tidak teratur strukturnya dan semakin rendah titik lelehnya (Tim Dosen Kimia UPT MKU, 2011).
Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Senyawa terbentuk dari hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Pada umumnya, lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Di samping itu, dapat pula terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan rasa yang tidak enak. Oksidasi asam lemak tidak jenuh  akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tidak enak atau tengik. Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi dan adanya bakteri perusak adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketengikan lemak (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Lemak dan minyak yang teroksidasi akan membentuk peroksida dan hidroperoksida yang dapat terurai menjadi aldehida, keton, dan asam-asam lemak bebas. Hasil oksidasi tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau yang tidak enak, tetapi dapat pula menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin dan asam-asam lemak esensial dalam lemak. Reaksi oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya, pemanasan, atau katalis logam seperti Cu, Fe, Co, dan Mn. Lemak dan minyak yang sangat tengik mempunyai keasaman yang rendah. Proses ketengikan dapat dihambat salah satunya dengan penambahan zat antioksidan seperti vitamin E, vitamin C, polifenol, dan hidroquinon (Tim Dosen Biokimia, 2011).
Uji Gliserol
Pengujian adanya ngliserol dalam larutan uji bisa diidentifikasi dari bau yang dihasilkan ketika larutan uji dipanaskan sampai mendidih dan menghasilkan asap yang beraroma tertentu. Apabila aroma asap larutan uji sama dengan aroma asap dari gliserol maka larutan tersebut mengandung gliserol.
Prinsip :
Jika gliserol dipanaskan dengan kalium bisulfat (KHSO4) dehidrasi terjadi dan akrolein aldehid terbentuk yang memiliki karakteristik bau.

D.    Alat dan Bahan

No
Nama Alat dan Bahan
Fungsi
Gambar
1.
Larutan  kalium bisulfat
Sebagai bahan pereaksi

2.
Minyak kelapa kampung
Sebagai bahan yang akan diuji

3.
Minyak bimoli
Sebagai bahan yang akan diuji

4.
mentega
Sebagai bahan yang akan diuji

5.
margarin
Sebagai bahan yang akan diuji

6.
Pembakar bunsen
Digunakan untuk mensterilkan atau memanaskan bahan didalam tabung reaksi

7.
Pipet tetes
Sebagai alat yang digunakan untuk mengambil larutan dalam ukuran yang sedikit.

8.
Gelas beker
Sebagai tempat atau wadah suatu larutan atau bahan.

9.
Dispo
Digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah yang sedikit.

10.
Rak tabung reaksi dan tabung reaksi
Digunakan sebagai tempat atau wadah dari suatu larutan, dan rak tabung reaksi sebagai tempat dari tabung reaksi.

11.
Gelas ukur

Digunakan sebagai alat untuk mengukur bahan larutan.

E.     Cara Kerja
1.      Tempatkan kalium bisulfat setinggi 0,5 cm dalam tabung bahan panas.
2.      Tambahkan 5 tetes larutan yang akan diuji, atau jika bahan padat jumlahnya kira-kira sama dengan kalium bisulfat.
3.      Tutup lagi (tambahkan lagi) kalium bisulfat dan panaskan dengan hati-hati.
4.      Cium baunya.

F.     Hasil Praktikum
No
Nama bahan yang diuji
Hasil
Keterangan
1
Minyak bimoli
Bau akrolein +
+ ( semakin menyengat)
2
Minyak kelapa kampong
Bau akrolein + + + +
+ ( semakin menyengat)
3
Mentega
Bau akrolein + + +
+ ( semakin menyengat)
4
margarin
Bau akrolein + +
+ ( semakin menyengat)


G.    Pembahasan
Dalam praktikum pengujian lipida ini, kami menggunakan reaksi uji gliserol, yaitu menentukan apakah dalam bahan yang kami uji mengandung gliserol atau tidak. Bahan  yang kami gunakan adalah bahan lemak dan larutan pendehidrasi kalium bisulfat (KHSO4). Parameternya adalah akan menimbulkan bau akrolein yaitu seperti bau alcohol.
Uji gliserol selain untuk mengetahui gliserol bebas juga dapat digunakan untuk mengetahui kualitas minyak atau lemak yang digunakan. Semakin  tinggi akrolein maka kualitas dari minyak atau lemak semakin baik dan begitu pula sebaliknya.
Pada uji gliserol diatas, hal pertama yang kami lakukan adalah menempatkan kalium bisulfat setinggi 0,5 cm pada 4 tabung reaksi. Setelah itu pada masing-masing tabung reaksi dituangkan mentega, margarin, minyak kampung dan minyak kelapa lalu ditutup (ditambahkan lagi)  kalium bisulfat. Fungsi dari kalium bisulfat dalam percobaan ini adalah untuk mengkatalisis gliserol yang mungkin ada dalam larutan senyawa lemak atau menarik molekul air dari gliserol
Selanjutnya bahan dipanaskan dengan hati-hati pada pembakar bunsen. Pemanasan dilakukan dengan melewatkan bagian bawah tabung reaksi secara sesekali dari kiri ke kanan dengan ritme yang sama. Pemanasan ini bertujuan untuk supaya dehidrasi (menghilangkan air) terjadi dan akrolein aldehid yang terbentuk memiliki karakteristik bau. Setelah bahan mendidih maka bahan itu didiamkan terlebih dahulu lalu dicium baunya.
Percobaan yang kami lakukan, menunjukan bahwa semua bahan menunjukan bau yang khas disebabkan oleh terbentuknya akrilaldehida atau akrolein, dan ini menunjukan bahwa bahan positif gliserol. Minyak kelapa kampung menunjukan bau akrolein yang lebih menyengat dibanding bahan yang lain. Hal ini menunjukan bahwa minyak kelapa kampong memiliki kandungan gliserol atau lemak yang lebih tinggi dan juga menunjukan kualitas yang tinggi. Selanjutnya bau akrolein yang menyengat setelah minyak kelapa kampong adalah  mentega dan setelah itu margarin. Bahan yang paling rendah akroleinnya adalah minyak bimoli, hal ini menunjukan bahwa minyak bimoli hanya mengandung sedikit gliserol atau karena baunya yang tidak terlalu menyengat dibanding bahan yang di uji lainnya.

H.    Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, maka dapat disimpulkan uji kualitatif  lipida dalam uji gliserol menunjukan bahwa semua bahan yang diuji positif gliserol atau lemak tetapi dengan konsentrasi gliserol yang berbeda. Hal ini dapat diamati melalui bau yang ditimbulkan. Minyak kelapa kampung mempunyai bau akrolein yang menyengat dibanding bahan yang lain, selanjutnya mentega , margarin dan terakhir minyak bimoli yang hanya menimbulkan bau akrolein yang tidak terlalu menyengat dibanding bahan yang lainnya.
J.   Daftar Pustaka
Lehninger, Albert, 1992, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga: Jakarta.
Fessenden dan Fessenden, 1999, Kimia Organik Edisi ketiga Jilid 2, Erlangga: Jakarta.
Pudjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:Universitas Indonesia.
http://elkaphia.blogspot.com/2013/10/praktikum-biokimia-i-lipid.html
http://jennypedaujilipid.blogspot.com/
https://www.academia.edu/9444973/laporan_biokimia_lipid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar