Rabu, 19 Oktober 2016

Laporan Praktikum Resistensi test


 
A.    JUDUL
Resistensi test

B.     TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk menentukan resisten tidaknya suatu bakteri terhadap berbagai macam antiseptik

C.    DASAR TEORI
Resistensi (inggris resistance) berasal dari kata resist + ance adalah menunjukan pada posisi sebuah sikap untuk berperilaku bertahan, berusaha melawan, menentang atau upaya oposisi pda umumnya sikap ini tidak berdasarkan atau merujuk pada paham yang jelas.
Resistansi adalah bagian dari proses evolusi : adaptasi jasat pada kondisi lingkungan yang di (ber)ubah populasi serangga polimorfik tereksose insektisida individu rentan terbunuh, sedang yang resisten lulus hidup reprodoksi menghasilkan populasi reesisten. Ini terjadi berulang-ulang (menerima apliksi insektisida berulang-ulang/terus menerus). Tipe-tipe insektisida yang mengawali proses ini pada akhirmya kehilangan efesiensi. Polanya adalah periode latel selama beberapa generasi sementara resistensi sedang berkembang sampai akhrinya meninka dengan cepat. Gen resisten dapat bertahan selama bertahun-tahun.
Factor-faktor yang mempercepat timbulnya resistensi adalah perkembangbiakan yang cepat/jasad hidup mobil/tekanan seleksi tinggi (kematian 80% – 90%) insektisida yang persisten.
·         Resisten silang : resistensi yang disebabakan oleh suatu jenis atau golangan insektisida,meluas kejenis insektisida yang lain.
·         Resistensi ganda : resistensi suatu strain tuunggal terhadap beberapa jenis insektisida yang berbeda.
Resistensi timbul pada semua spesis tetapi paling Nampak pada hewan rendah. Resistensi juga terjadi tetapi pada segala jenis ( insektisida mikrobia, khemosterilan, atraktan, repellen, hormone), asal preparasi ini menyebabkan tekanan seleksi tinggi pada populasi, resistensi pasti muncul. Serangga yang mula pertama mengalami resitensi al. Kutu San Jose terhadap sulfur (1908), kutu hitam terhadap HCN (1912), ngengat “ coddling” terhadap timbal arsenat (1928), lalat rumah an nyamuk terhadap DDT (1946-1947).saat ini lebih dari 250 spesis telah resisten terhadap sat atau beberapa jenis insektisida, bahkan terdapat serangga-serangga yang resitsen terhadap semu jenis insektisida komersial.
Ciri-ciri terjadinya resistensi dari antibiotika adalah:
ü  Mosdh tidak peka lagi terhadap antibiotika.
ü  Pemberian yang beulang-ulang bakteri tetap tidak peka.
ü  Aktivitas tidak berubah walaupun dosis dinaikan.
ü  Sudah sejak awal obat tersebut tidak mampan terhadap bakteri.
a)      Resistensi terhadap obat
Istilah antibiotic berasal dari kata antibiosis yang berarti bustansi yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang dalam jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme lain. Penemuan antibiotic di awali oleh Alexander fleming pada tahun 1928 yang mengamati adanya penghambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada cawan petri oleh kontaminan yang akhirnya dikenal dengan panicillium notatum. Zat aktif yang kemudian di isolasi dari notatum ini diberi nama Penicillin.
Diantara sejumlah besar sel-sel bakteri dari suatu spesies yang menginfeksi penderita dapat ditemukan muatan-muatan dengan susunan enzim yang tidak dapat dibasmi oleh obat mikrobiostatis  seperti Sulfonamida. Jadi bila ada obat ini ada, muatan-muatan itu akan tumbuh subur sedangkan sel-sel bakteri lainnya dimusnakan oleh obat tersebut. Hal tersebut menyebabkan timbulnya suatu populasi baru yang resisten terhadap sulfonamide dan membahayakan penderita dan orang yang berkontak dengan mikroorganisme ini dari penderita itu.
Pada beberapa mikroorganisme lain yang biasanya sensitive terhadap penisilin, yaitu stafillokokus, dapat bergantung pada pembentukan suatu enzim ekstraselular, penisilinase, yang dapat menhancurkan obat tersebut muatan-muatan yang dapat menghasilkan enzim ini dapat hidup tanpa gangguan dalam keadaan dimana ada penisilinnya.
Disamping enzim yang dapat menghancurkan obat yang dihasilkan oleh mutasi, dapat pula timbul enzim semacam itu akibat kontak antara sel dan obat. Enzim ini dikenal sebagai enzim adaptif  dan induksi. Mekanisme ketahanan (resistensi) terhadap obat ini tidak hanya ditemukan pada mikroorganisme,tetapi juga pada serangga (misalnya resistensi nyamuk dan lalat terhadap inteksid), sehingga merupakan masalah yang besar dalam kemoterapi dan pengendalian hama.
Suatu keanehan lain ialah timbulnya galur yang tidak hanya resisten terhadap obat, tetapi disamping itu tergantung sepenuhnya pada obat tersebut.kedua macam muatan rupanya tidak ada hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, kecuali jika ke duanya merupakan manifestasi fenomena mutasi. Muatan yang tergantung pada  obat yang nyatanya  tidak dapat hidup dan berkembang dengan baik, kecuali dalam lingkungan yang mengandun obat itu.
Penggunaan antibiotic tidak hanya sekedar untuk tujuan terapi pada kasus penyakit infeksi pada manusia atau hewan, tetapi juga telah digunakan untuk memacu pertumbuhan hewan-hewan ternak. Dan mungkin saja antibiotic juga telh digunakan untuk mencegah proses pembusukan oleh mikroorganisme penbusuk pada produk-produk hewani termasuk hewan laut. Terlepas dari kasus udang yang mengandung chloramphenicol apakah itu “teremar” oleh mikroorganisme tanah atau “sengaja” diberikan agar tidak membusuk, keberadaan antibiotic yang konstan pada produk-produk hewani atau bahan makanan akan menjadi ancaman bagi kesehatan manusia  yang mengkonsimsnya.
b)      Efek Antibiotic
Antibiotik dapat mempengaruhi kesehatan manusia secara langsung maupun tidak langsung,secara langsung antibiotic memiliki sifat toksik bagi manusia, sebagai contoh chloramphenicol memiliki efek samping yang cukup serius, yaitu penekanan aktivitas sum-sum tulang yang berakibat gangguan pembentukan sel-sel darah merah. Kondisi ini dapat menyebabkan aplastic anemia yang secara potensial  berakibat fatal.
Resiko lain bagi kesehatan manusia secara tidak langsung dalam penggunaan antibiotic adalh terjadinya resistensi mikroba. Resistensi kolonisasi adalah istilah yang menggambarkan imunitas alami yang diperoleh manusia melalui keberadaan flora normal dalam saluran pencernaan sehingga manusia akan terlindung dari kolonosasi/infeksi oleh mikroorganisme dari luar tubuh.ini merupakan konsep penting bagi kesehatan manusia karena pencegahan kolonisasi oleh mikroba pathogen seperti salmonella atau oleh mikroba resisten adalah kunci untuk meminimalkan risiko hidup dalam lingkungan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen .
Resistensi kolonisasi dapat terganggu akibat pengaruh luar seperti stres dan agen anti mikroba /antibiotic. Sebagai contoh pada hewan anjing yang sakit akan mendapatkan risiko 38 kali atau lebih terkolonisasi oleh salmonella yang resistten bila mereka mendapatkan terapi antibiotic untuk pertama kali .dalam 24-48 jam setelah pemberian antibiotic ,pertumbuhan flora normal akan tertekan sampai tingkat yang mikroba resisten akan mulai berkolonisasi.mikroba resisten ini akan menggantukan flora normal dalam saluran pencernaan.mikroba resisten ini bisa merupakan bagian dari flora normal (contoh:anjing yang normal dan tidak memperoleh terapi antibiotic akan mengeluarkan bakteri esceherichia coli yang memiliki plasmid resisten didalam fesenya) atau dari luar tubuh. Bila saluran pencernaan penuh dengan koloni mkroba yang resisten dan uatu saat penyakit  muncul maka akan sulit untuk melakukan terapi terhadap penyakit tersebut.
D.    Alat dan Bahan
1.      Alat
No.
Nama
Gambar
Fungsi
1.
Cawan petri
Digunakan sebagai tempat lempeng agar
2.
Pembakar Bunsen
Digunakan untuk memanaskan dan mensterilkan cawan petri
3.
Beaker glass
Digunakan sebagai tempat larutan antiseptik
4.
Gelas ukur

Digunakan untuk mengukur larutan antiseptik
5.
Gelas pengaduk
Digunakan untuk mengaduk
6.
Pinset
Digunakan untuk mengambil kertas cakram yang ada didalam beaker glass
7.

Gunting

Digunakan untuk memotong kertas cakram
8.

Inkubator
Untuk menginkubasi mikroba dalam cawan
9.

Penggaris

Untuk mengukur diameter bagian yang di tumbuhi koloni

2.      Bahan
No.
Nama
Gambar
Fungsi
1.
Lempeng agar
Untuk pembiakan mikroba
2.

Aquadest

Untuk mencampurkan koloni
3.

Antiseptik (merica bubuk)
Untuk merendam kertas cakram(sebagai antiseptik)
E.     Prosedur Kerja
1.      Menyiapkan lempeng media agar nutrisi dalam cawan petri yang masih steril.





2.      Menghapus biakan bakteri yang ada di tes pada lempeng agar secara merata dengan menggunakan jarum inokulasi steril.
3.      Mengguting kertas `isap berbentuk lingkaran dengan garis tengah kurang lebih 1 cm, kemudian direndam dalam obat-obat dengan konsentrasi  50% dan 100%.
4.      Meletakkan kertas cakram yang telah direndam selama 15 menit diatas goresan bakteri pada lempeng agar yang akan di tes,memberi tanda untuk setiap konsentrasi pada bagian luar cawan supaya tidak tertukar.




5.      Di inkubasikan selama 24 jam
6.      Mengamati pertumbuhan koloni pada lempeng agar, mengukur diameter bagian yang tidak ditumbuhi koloni bakteri disekitar kertas cakram atau zona hambatnya.

F.     Hasil Pengamatan


 











G.    Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan pertama meratakan bakteri yang tumbuh pada lempeng agar secara merata menggunakan jarum inokulasi steril, kemudian meletakan kertas cakram di atas goresan bakteri pada permukaan lempeng agar yang akan dites. Tetapi sebelumnya kertas cakram yang digunakan berukuran 1 cm dan sudah terlebih dahulu direndam dalam larutan antiseptik yang sudah di sediakan dengan konsentrasi 50% dan 100%. Dalam percobaan ini atiseptik yang di gunakan adalah merica bubuk. Ini untuk mengetakui apakah bakteri resisten terhadap marica bubuk. Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat. Yang terbentuk. Semakian besar diametrnya  maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka (sensitive) terhadap suatu antibiotic. Setelah itu, pada cawan petri diberi tanda untuk setiap konsentrasi supaya tidak tertukar. Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat dilihat dari gambar di atas bahwa terdapat koloni yang tumbuh di area kertas cakram, dan tidak terdapat zona hambat di sekitar kertas cakram. Hal ini berarti bahwa bakteri tersebut resisten terhadap antiseptik (merica bubuk).

H.    Kesimpulan
Kesimpulanya dari praktikum ini adalah bakteri yang tumbuh pada lempeng agar resisten terhadap antibiotik yang digunakan (merica bubuk). Hal ini terjadi karena tidak terdapat zona hambat di sekitar kertas cakram dan terdapat koloni bakteri di sekitar kertas cakram


I.       Jawaban Tugas
Soal
1.    Bagaimana perbedaan sensitivitas konsentrasi 50% dan 100%?
2.    Jelaskan mekanisme sensitivitas bakteri dari antimikroba.

Jawab
1.    Perbedaan yang terlihat yaitu pada sensivitas 100% bakteri yang tumbuh disekitar kertas cakram sangat nampak jelas ada lingkaran yang mengelilingi kertas cakram. Sedangkan untuk sensivitas tidak begitu terlihat jelas bahkan tidak ada seperti pada sensivitas 50%.
2.    Mekanisme sensitivitas bakteri antara lain adalah :
·      Menghambat metabolisme sel mikroba
·      Menghambat sintesis dinding sel mikroba
·      Menganggu keutuhan membran sel mikroba
·      Menghambat sintesis sel mikroba
·      Menghambat sintesis asam nukleat mikroba


Daftar Pustaka
Hasan, A. M. 2006. Mikroba Dasar. Gorontalo: Nurul Jannah.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Saraswati, Dian. 2009. Bahan Ajar Mikrobiologi. Gorontalo : Universitas    Negeri Gorontalo.
Team Teaching. 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi dan Parasitologi. Laboratorium Kesehatan Masyarakat UNG
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang