A.
JUDUL
Resistensi test
B.
TUJUAN
PRAKTIKUM
Untuk menentukan resisten tidaknya
suatu bakteri terhadap berbagai macam antiseptik
C.
DASAR
TEORI
Resistensi (inggris resistance)
berasal dari kata resist + ance adalah menunjukan pada posisi sebuah sikap
untuk berperilaku bertahan, berusaha melawan, menentang atau upaya oposisi pda
umumnya sikap ini tidak berdasarkan atau merujuk pada paham yang jelas.
Resistansi adalah bagian dari proses
evolusi : adaptasi jasat pada kondisi lingkungan yang di (ber)ubah populasi
serangga polimorfik tereksose insektisida individu rentan terbunuh, sedang yang
resisten lulus hidup reprodoksi menghasilkan populasi reesisten. Ini terjadi
berulang-ulang (menerima apliksi insektisida berulang-ulang/terus menerus).
Tipe-tipe insektisida yang mengawali proses ini pada akhirmya kehilangan
efesiensi. Polanya adalah periode latel selama beberapa generasi sementara
resistensi sedang berkembang sampai akhrinya meninka dengan cepat. Gen resisten
dapat bertahan selama bertahun-tahun.
Factor-faktor yang mempercepat
timbulnya resistensi adalah perkembangbiakan yang cepat/jasad hidup
mobil/tekanan seleksi tinggi (kematian 80% – 90%) insektisida yang persisten.
·
Resisten silang : resistensi yang disebabakan oleh
suatu jenis atau golangan insektisida,meluas kejenis insektisida yang lain.
·
Resistensi ganda : resistensi suatu strain tuunggal
terhadap beberapa jenis insektisida yang berbeda.
Resistensi timbul pada semua spesis tetapi paling Nampak pada hewan rendah.
Resistensi juga terjadi tetapi pada segala jenis ( insektisida mikrobia,
khemosterilan, atraktan, repellen, hormone), asal preparasi ini menyebabkan
tekanan seleksi tinggi pada populasi, resistensi pasti muncul. Serangga yang
mula pertama mengalami resitensi al. Kutu San Jose terhadap sulfur (1908), kutu
hitam terhadap HCN (1912), ngengat “ coddling” terhadap timbal arsenat (1928),
lalat rumah an nyamuk terhadap DDT (1946-1947).saat ini lebih dari 250 spesis
telah resisten terhadap sat atau beberapa jenis insektisida, bahkan terdapat serangga-serangga
yang resitsen terhadap semu jenis insektisida komersial.
Ciri-ciri terjadinya resistensi dari antibiotika adalah:
ü Mosdh tidak
peka lagi terhadap antibiotika.
ü Pemberian
yang beulang-ulang bakteri tetap tidak peka.
ü Aktivitas
tidak berubah walaupun dosis dinaikan.
ü Sudah sejak
awal obat tersebut tidak mampan terhadap bakteri.
a)
Resistensi terhadap obat
Istilah antibiotic berasal dari kata antibiosis yang
berarti bustansi yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang dalam jumlah
kecil dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme lain. Penemuan
antibiotic di awali oleh Alexander fleming pada tahun 1928 yang mengamati
adanya penghambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada cawan
petri oleh kontaminan yang akhirnya dikenal dengan panicillium notatum. Zat
aktif yang kemudian di isolasi dari notatum ini diberi nama Penicillin.
Diantara sejumlah besar sel-sel bakteri dari suatu
spesies yang menginfeksi penderita dapat ditemukan muatan-muatan dengan susunan
enzim yang tidak dapat dibasmi oleh obat mikrobiostatis seperti Sulfonamida.
Jadi bila ada obat ini ada, muatan-muatan itu akan tumbuh subur sedangkan
sel-sel bakteri lainnya dimusnakan oleh obat tersebut. Hal tersebut menyebabkan
timbulnya suatu populasi baru yang resisten terhadap sulfonamide dan
membahayakan penderita dan orang yang berkontak dengan mikroorganisme ini dari
penderita itu.
Pada beberapa mikroorganisme lain yang biasanya
sensitive terhadap penisilin, yaitu stafillokokus, dapat bergantung pada
pembentukan suatu enzim ekstraselular, penisilinase, yang dapat menhancurkan
obat tersebut muatan-muatan yang dapat menghasilkan enzim ini dapat hidup tanpa
gangguan dalam keadaan dimana ada penisilinnya.
Disamping enzim yang dapat menghancurkan obat yang
dihasilkan oleh mutasi, dapat pula timbul enzim semacam itu akibat
kontak antara sel dan obat. Enzim ini dikenal sebagai enzim adaptif dan
induksi. Mekanisme ketahanan (resistensi) terhadap obat ini tidak hanya
ditemukan pada mikroorganisme,tetapi juga pada serangga (misalnya resistensi
nyamuk dan lalat terhadap inteksid), sehingga merupakan masalah yang besar
dalam kemoterapi dan pengendalian hama.
Suatu keanehan lain ialah timbulnya galur yang tidak
hanya resisten terhadap obat, tetapi disamping itu tergantung sepenuhnya pada
obat tersebut.kedua macam muatan rupanya tidak ada hubungan antara yang satu
dengan yang lainnya, kecuali jika ke duanya merupakan manifestasi
fenomena mutasi. Muatan yang tergantung pada obat yang nyatanya
tidak dapat hidup dan berkembang dengan baik, kecuali dalam lingkungan
yang mengandun obat itu.
Penggunaan antibiotic tidak hanya sekedar untuk tujuan
terapi pada kasus penyakit infeksi pada manusia atau hewan, tetapi juga telah
digunakan untuk memacu pertumbuhan hewan-hewan ternak. Dan mungkin saja
antibiotic juga telh digunakan untuk mencegah proses pembusukan oleh
mikroorganisme penbusuk pada produk-produk hewani termasuk hewan laut. Terlepas
dari kasus udang yang mengandung chloramphenicol apakah itu “teremar” oleh
mikroorganisme tanah atau “sengaja” diberikan agar tidak membusuk, keberadaan
antibiotic yang konstan pada produk-produk hewani atau bahan makanan akan
menjadi ancaman bagi kesehatan manusia yang mengkonsimsnya.
b)
Efek Antibiotic
Antibiotik dapat mempengaruhi kesehatan manusia secara
langsung maupun tidak langsung,secara langsung antibiotic memiliki sifat toksik
bagi manusia, sebagai contoh chloramphenicol memiliki efek samping yang cukup
serius, yaitu penekanan aktivitas sum-sum tulang yang berakibat gangguan
pembentukan sel-sel darah merah. Kondisi ini dapat menyebabkan aplastic anemia
yang secara potensial berakibat fatal.
Resiko lain bagi kesehatan manusia secara tidak
langsung dalam penggunaan antibiotic adalh terjadinya resistensi mikroba.
Resistensi kolonisasi adalah istilah yang menggambarkan imunitas alami yang
diperoleh manusia melalui keberadaan flora normal dalam saluran pencernaan
sehingga manusia akan terlindung dari kolonosasi/infeksi oleh mikroorganisme
dari luar tubuh.ini merupakan konsep penting bagi kesehatan manusia karena
pencegahan kolonisasi oleh mikroba pathogen seperti salmonella atau oleh
mikroba resisten adalah kunci untuk meminimalkan risiko hidup dalam lingkungan
yang terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen .
Resistensi kolonisasi dapat terganggu akibat pengaruh
luar seperti stres dan agen anti mikroba /antibiotic. Sebagai contoh pada hewan
anjing yang sakit akan mendapatkan risiko 38 kali atau lebih terkolonisasi oleh
salmonella yang resistten bila mereka mendapatkan terapi antibiotic untuk
pertama kali .dalam 24-48 jam setelah pemberian antibiotic ,pertumbuhan flora
normal akan tertekan sampai tingkat yang mikroba resisten akan mulai
berkolonisasi.mikroba resisten ini akan menggantukan flora normal dalam saluran
pencernaan.mikroba resisten ini bisa merupakan bagian dari flora normal
(contoh:anjing yang normal dan tidak memperoleh terapi antibiotic akan
mengeluarkan bakteri esceherichia coli yang memiliki plasmid resisten didalam
fesenya) atau dari luar tubuh. Bila saluran pencernaan penuh dengan koloni mkroba
yang resisten dan uatu saat penyakit muncul maka akan sulit untuk
melakukan terapi terhadap penyakit tersebut.
D.
Alat
dan Bahan
1.
Alat
No.
|
Nama
|
Gambar
|
Fungsi
|
1.
|
Cawan petri
|
![]() |
Digunakan sebagai tempat lempeng
agar
|
2.
|
Pembakar Bunsen
|
![]() ![]() |
Digunakan untuk memanaskan dan
mensterilkan cawan petri
|
3.
|
Beaker glass
|
![]() |
Digunakan sebagai tempat larutan
antiseptik
|
4.
|
Gelas ukur
|
|
Digunakan untuk mengukur larutan
antiseptik
|
5.
|
Gelas pengaduk
|
![]() |
Digunakan untuk mengaduk
|
6.
|
Pinset
|
![]() |
Digunakan untuk mengambil kertas cakram
yang ada didalam beaker glass
|
7.
|
Gunting
|
|
Digunakan untuk memotong kertas
cakram
|
8.
|
Inkubator
|
![]() |
Untuk menginkubasi mikroba dalam
cawan
|
9.
|
Penggaris
|
|
Untuk mengukur diameter bagian
yang di tumbuhi koloni
|
2.
Bahan
No.
|
Nama
|
Gambar
|
Fungsi
|
1.
|
Lempeng agar
|
![]() |
Untuk pembiakan mikroba
|
2.
|
Aquadest
|
|
Untuk mencampurkan koloni
|
3.
|
Antiseptik (merica bubuk)
|
![]() |
Untuk merendam kertas
cakram(sebagai antiseptik)
|
E.
Prosedur
Kerja
1.
Menyiapkan lempeng
media agar nutrisi dalam cawan petri yang masih steril.

2. Menghapus
biakan bakteri yang ada di tes pada lempeng agar secara merata dengan
menggunakan jarum inokulasi steril.

3. Mengguting
kertas `isap berbentuk lingkaran dengan garis tengah kurang lebih 1 cm,
kemudian direndam dalam obat-obat dengan konsentrasi 50% dan 100%.

4.
Meletakkan kertas
cakram yang telah direndam selama 15 menit diatas goresan bakteri pada lempeng
agar yang akan di tes,memberi tanda untuk setiap konsentrasi pada bagian luar
cawan supaya tidak tertukar.

5. Di
inkubasikan selama 24 jam

6. Mengamati
pertumbuhan koloni pada lempeng agar, mengukur diameter bagian yang tidak
ditumbuhi koloni bakteri disekitar kertas cakram atau zona hambatnya.
F.
Hasil
Pengamatan
![]() |
G. Pembahasan
Pada percobaan yang
dilakukan pertama meratakan bakteri yang tumbuh pada lempeng agar secara merata
menggunakan jarum inokulasi steril, kemudian meletakan kertas cakram di atas
goresan bakteri pada permukaan lempeng agar yang akan dites. Tetapi sebelumnya kertas
cakram yang digunakan berukuran 1 cm dan sudah terlebih dahulu direndam dalam
larutan antiseptik yang sudah di sediakan dengan konsentrasi 50% dan 100%.
Dalam percobaan ini atiseptik yang di gunakan adalah merica bubuk. Ini untuk
mengetakui apakah bakteri resisten terhadap marica bubuk.
Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona
hambat. Yang terbentuk. Semakian besar diametrnya maka semakin terhambat
pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah
bakteri itu resisten atau peka (sensitive) terhadap suatu antibiotic.
Setelah itu, pada cawan petri diberi tanda untuk setiap konsentrasi supaya
tidak tertukar. Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam.
Dari hasil pengamatan
yang dilakukan dapat dilihat dari gambar di atas bahwa terdapat koloni yang
tumbuh di area kertas cakram, dan tidak terdapat zona hambat di sekitar kertas
cakram. Hal ini berarti bahwa bakteri tersebut resisten terhadap antiseptik
(merica bubuk).
H.
Kesimpulan
Kesimpulanya dari
praktikum ini adalah bakteri yang tumbuh pada lempeng agar resisten terhadap
antibiotik yang digunakan (merica bubuk). Hal ini terjadi karena tidak terdapat
zona hambat di sekitar kertas cakram dan terdapat koloni bakteri di sekitar
kertas cakram
I.
Jawaban
Tugas
Soal
1. Bagaimana
perbedaan sensitivitas konsentrasi 50% dan 100%?
2. Jelaskan
mekanisme sensitivitas bakteri dari antimikroba.
Jawab
1. Perbedaan
yang terlihat yaitu pada sensivitas 100% bakteri yang tumbuh disekitar kertas
cakram sangat nampak jelas ada lingkaran yang mengelilingi kertas cakram.
Sedangkan untuk sensivitas tidak begitu terlihat jelas bahkan tidak ada seperti
pada sensivitas 50%.
2. Mekanisme
sensitivitas bakteri antara lain adalah :
· Menghambat
metabolisme sel mikroba
· Menghambat
sintesis dinding sel mikroba
· Menganggu
keutuhan membran sel mikroba
· Menghambat
sintesis sel mikroba
· Menghambat
sintesis asam nukleat mikroba
Daftar
Pustaka
Hasan, A. M. 2006. Mikroba Dasar.
Gorontalo: Nurul Jannah.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Saraswati,
Dian. 2009. Bahan Ajar Mikrobiologi. Gorontalo : Universitas
Negeri Gorontalo.
Team
Teaching. 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi
dan Parasitologi. Laboratorium Kesehatan Masyarakat UNG
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum.
UMPress. Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar