Rabu, 19 Oktober 2016

Laporan Praaktikum Pewarnaan Gram



A.    Judul
Pewarnaan Gram

B.     Tujuan Praktikum
Untuk mempelajari cara pewarnaan gram dan mengamati bentuk serta  sifat bakteri terhadap pewarnaan gram

C.    DASAR TEORI
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae (Anonim, 2008).
Pada tahun 1883, Christian Gram, seorang ahli bakteriologi dari Denmark menemukan metode pewarnaan bakteri secara tidak sengaja. Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan deferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Pewarnaan ini merupakan tahap penting dalam pencirian dan identifikasi bakteri.
Pewarnaan Gram memilahkan bakteri menjadi kelompok Gram-positif dan kelompok Gram-negatif. Bakteri Gram-positif berwarna ungu disebabkan kompleks zat warna kristal violet yodium tetap dipertahankan meskipun diberi larutan pemucat, sedangkan bakteri Gram-negatif berwarna karena kompleks tersebut larut sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mengambil zat warna merah. Perbedaan hasil dalam pewarnaan ini disebabkan perbedaan struktur kedua kelompok bakteri tersebut.
Pewarnaan Gram memberikan hasil yang baik, bila digunakan biakan segar yang berumur 24-48 jam. Bila digunakan biakan tua, terdapat kemungkinan penympangan hasil pewarnaan Gram. Karena pada biakan tua banyak sel mengalami kerusakan pada dinding selnya. Kerusakan pada dinding sel ini menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Ini berarti bahwa bakteri Gram-positif dengan dinding yang rusak tidak lagi dapat mempertahankan kompleks warna kristal violet yodium sehingga terlihat sebagai bakteri Gram-negatif.
Zat warna pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan yakni pewarna bersifat basa. Prosedur pewarnaan yang menghasilkan  pewarnaan mikroba dinamakan pewarna positif. Dalam prosedur ini dapat digunakan zat warna yang bermuatan positif maupun zat warna asam yang bermuatan negatif. Sebaliknya pewarnaan negatif latar belakang disekeliling milroba untuk meningkatkan kontraks dengan mikroba yang tidak berwarna. Zat warna atau cat biologi adalah persenyawaan yng mempunyi gugusan Komatofor dan Auxokrom yang terikat dalam suatu cincin benzene.
Tujuan pewarnaan banyak senyawa organik berwarna (zat pewarna) digunakan untuk mewarnai mikroorganisme untuk pemeriksaan mikroskopi. Prosedur-prosedur pewarnaan untuk :
·      Mengamati dengan lebih baik tampang morfologi mikroorganisme secara kasar
·      Mengidentifikasi bagian-bagian struktural sel mikroorganisme
·      Membantu mengidentifikasi dan/ataw membedakan organisme yang serupa
Pewarnaan diferensial, prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan diantara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial .
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies.
Sejumlah besar koloni bakteri dan fungi menarik perhatian oleh warnanya yang mencolok, disebabkan karena terjadi eksresi zat warna ke dalam medium atau fermentasi sel. Kemampuan membentuk zat warna terfiksasi secara genetik, dan demikian merupakan penanda khusus. Bentuk-bentuk pewarna mudah dikenal dan ditentukan identitasnya, zat warna dapat merupakan derivat dari berbagai kelas; karotenoid zat warna fenazin, zat warna pirol, azakuinon dan antosian.
Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-, SO4-, CH3COO-, COOHCOO‑. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup.
1.      Peluntur zat warna
Pelunturan zat warna adalah suatu senyawa yang menghilangkan warna dari sel yang telah di warnai. Peluntur zat warna (decolorizer) berfungsi untuk menghasilkan kontras yang baik pada bayangan mikroskop. Ditinjau dari kekuatan ikatan antara sel denagan zat warna dikenal beberapa istilah misalnya tahan asam, tahan alkohol, tahan air, dan lain-lain
Ada beberapa macam peluntur zat antara lain yaitua;
ü  Pluntur zat warna bersifat asam misalnya HCL, HNO3, dan camputan asam tersebut dengan alcohol.
ü  Peluntur bersifat basa yakni KOH, NaOH,sabun dan garam-garam.
ü  Peluntur zat warna yang lemah yaitu alcohol, air, minyak cengke, aseton, dan gliserin.
ü  Garam logam berat misalnya AgNO3,CuSO4, dll
ü  Garam logam ringan misalnya Na2SO4, MgSO4. Dll.
2.      Intensifikasi Pewarnaan
Zat warna dapat diintensifikasi dengan beberapa cara misalnya dengan mempertiggi kadar zat warna, mempertinggi temperature pewarnaan (60 – 900C) dan menambahkan suatu mordan. Mordan adalah suatu zat kimia yang dapat menyebabakan sel-sel mikroba dapat diwarnai leih intensif atau zat warna terikat lebih kuat pada jaringan sel.
          Ada beberapa jenis mordan, yakni:
ü  Mordan basa, yaitu mordan yang bereaksi dengan anion zat warna asam yang berwarna seperti FeSO4, kalium antimonium tartrat, dan asetil piridinium klorida.
ü  Modan asam, yaitu mordan yang bereaksi dengaan zat warna basa. Misalnya asam tannin, asam pikrat, dan lain-lain.
3.      Pewarnaan garam
Christian Gram, seorang ahli bakteriologi Denmark secara kebetulan menemukan suatu pewarnaan betingkat, yang dinamakan pewarnaan gram. Pewarnaan ini merupakan salah satu prosedur yang penting, yang banyak digunakan dalam laboratorium biologi.
Pewarnaan gram memilahkan bakteri menjadi dua kelompok yakni bakteri gram positif dan gram negative. Gram positif berwarna ungu yang disebabkan kompleks warna Kristal violet iodium tetap dipertahankan meskipun dilarutan pemucat. Sedangkan bakteri gram negative berwarna merah karena kompleks warna tersebut larut sewaktu pemberian larutan pemucat. Penyebab perbedaan gram dimungkinkan karena komposisi dinding sel bakteri gram positif berbeda dengan bakteri gram negative. Ada beberapa factor yang mempengaruhi laju lepasnya kompleks warna ungu Kristal iodium pada sel bakteri pada langka pemucatan. Mikroba kelompok gram positif dapat memperlihatkan cirri gram negatif bila mengalami pemucatan yang berlebihan.
Penyebab pebedaan gram dimungkinkan karena komposisi dinding sel bakteri gram positif berbeda dengan bakteri gram negative. Dinding sel yang lebih tebal paa bakteri gram positif menyusut oleh perlakuan alkohol dan asteon. Larutannya lipid oleh zat pemucat yang digunakan dalam pewarnaan gram diduga memperbesar pori-pori dinding sel dan inilah penyebah proses pemucatan atau dinding sel gram negatif lebih cepat. 

D.    Alat dan Bahan
1.      Alat
No.
Nama
Gambar
Fungsi
1.
Gelas benda
Untuk melekatkan preparat/sediaan yang akan dilihat di mikroskop
2.
Lampu spritus
Sebagai bahan yang mensterilkan bahan praktikum
3.
Ose
Untuk mengambil koloni suatu mikroba dan untuk inokulasi
4.
Mikroskop
Untuk memanaskan dan mensterilkan jarum inokulasi atau sengkelit

2.      Bahan
No.
Nama
Gambar
Fungsi
1.
Biakan Murni (eschericia coli)
Sebagai sampel
2.
Gram A (larutan kristal violet)
Sebagai pewarna pada sampel
3.
Gram B (larutan mordan lugol dan iodin)
Sebagai pewarna pada sampel
4.
Gram C (larutan peluntur (aseton-alkohol) )
Sebagai pewarna pada sampel
5.
Gram D (larutan cat safranin)
Sebagai pewarna pada sampel
6.
Alkohol 70%
Untuk mensetrilkan alat

E.     Prosedur kerja
1.      Membersihkan gelas benda dengan alkohol, kemudian menganggangnya diatas nyala lampu spritus.
2.      Mengambil dengan ose secara aseptis 1 lup suspensis bakteri dan meletakkan diatas gelas benda tersebut. Meratakan suspensi tersebut kira-kira seluas 1 cm2 dan mengeringanginkanya.
3.        Melakukan fiksasi diatas nyala lampu spritus.
4.      Mebubuhkan cat utama (2-3 tetes gram A) pada permukaan preparat lapisan tipis bakteri sampai tertutup semua. mendiamkan selama 1 menit.
5.      Mencuci dengan air yang mengalir dan mengeringanginkanya.
6.      Membubuhkan larutan Mordan (gram B) dan mendiamkan selama 1 menit, cuci dengan air
7.      Kemudian mencucinya lagi dengan peluntur (gram C) sampai lapisan nampak pucat (30 detik), dan langsung di cuci kembali dengan air mengalir dan mengeringanginkannya.

8.      Meneteskan cat penutup (Gram D) dan membiarkan selama 2 menit. Kemudian mencuci kembali dengan air mengalir dan mengeringanginkannya.
9.      Megamati dengan mikroskop perbesaran kuat (100x10) dan memberi minyak imersi.
10.  Menggambar dan memberi keterangan bakteri yang tampak serta memperhatikan bentuk, warna, dan reaksi pengecatan. Bakteri Gram positif berwarna ungu, sedangkan bakteri gram Negatif berwarna merah.

F.     Hasil Pengamatan
Perbesaran 10 x 100
NA udara
Berbentuk Kokus

G.    Pembahasan
Pada percobaan ini, yang pertama dilakukan adalah mengambil biakan bakteri dan meletakkan pada gelas objek yang sudah dibersihkan terlebih dahulu. Begitupun dengan jarum ose, harus dilakukan pembakaran terlebih dahulu sebelum menggunakan jarum ose. Setelah itu, meratakan sampel kemudian difiksasi. Setelah melakukan fiksasi, pewarnaan mulai dilakukan yaitu pertama dengan meneteskan gram A (kristal violet) pada permukaan preparat kemudian meratakan sampai tertutupi oleh kristal violet tersebut. Setelah 1 menit, preparat dicuci dengan air mengalir sampai bersih. Kemudian melanjutkan pewarnaan dengan meneteskan gram B (mordan lugol dan lodin) dan mendiamkan selama 1 menit kemudian preparat dicuci dengan air mengalir, setelah bersih dilanjutkan dengan meneteskan gram C (larutan peluntur) dan didiamkan selama 30 detik kemudian dicuci dengan air mengalir. Dan terakhir adalah meneteskan gram D (larutan safranin) pada permukaan preparat, setelah itu dicuci dengan air mengalir. Dan langsung mencuci dengan air mengalir. Setelah selesai melakukan pewarnaan, sediaan diamati dengan mikroskop.
Kemudian dilihat di bawah mikroskop engan pebesaran 100x10 agar dapat mengamati bentuk dan warna sel bakteri. Bakteri gram positif akan berwarna ungu sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah. Berdasarkan praktikum yang telah  dilakukan diketahui bahwa koloni yang diambil dari hasil biakan pada media merupakan gram positif. Ini didasarkan pada hasil akhir pewarnaan yang menghasilkan warna ungu. Bakteri positif atau gram positif dinding selnya memiliki struktur yang lebih tebal sehingga tetap berwarna ungu, sedangkan pada gram negative memiliki struktur dinding sel yang lebih tipis sehingga warnanya akan pudar ketika dicuci dengan alkohol.

H.    Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa organisme yang yang dapat menahan zat pewarna setelah dicuci dengan alkohol disebut organisme gram positif, dimana indikasinya menunjukkan warna ungu pada bakteri itu sendiri. Sedangkan organisme yang tidak dapat menahan zat pewarna setelah dicuci dengan alkohol disebut organisme gram negative dimana indikasinya menunjukkan warna merah pada bakteri itu sendiri.

I.       Jawaban Tugas
Soal
Jelaskan mekanisme terjadinya perbedaan warna pada bakteri!

Jawab
Gram positif berwarna ungu yang disebabkan kompleks warna Kristal violet iodium tetap dipertahankan meskipun dilarutan pemucat. Sedangkan bakteri gram negative berwarna merah karena kompleks warna tersebut larut sewaktu pemberian larutan pemucat. Penyebab pebedaan gram dimungkinkan karena komposisi dinding sel bakteri gram positif berbeda dengan bakteri gram negative. Dinding sel yang lebih tebal paa bakteri gram positif menyusut oleh perlakuan alkohol dan asteon. Larutannya lipid oleh zat pemucat yang digunakan dalam pewarnaan gram diduga memperbesar pori-pori dinding sel dan inilah penyebah proses pemucatan atau dinding sel gram negatif lebih cepat.   


Daftar Pustaka
Anonim. 2008. Mengenal Lebih Dekat Lactobasillus. (internet). Tersedia: (http//www.ruangkeluarga.com..) [30 April 2015]
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, and M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Michael. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi.. Jakarta: Penerbit Universitas negeri indonesia.
Sugiharto, Bowo. 2008. Menggagas Penerapan Bioteknologi Berbasis Mikroba. (internet). Tersedia: (http//www.google.com.) [30 April 2015]
Team Teaching. 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi dan Parasitologi. Laboratorium Kesehatan Masyarakat UNG
Waluyo, Lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang: UMM Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar